Selasa, 16 September 2025

Saat Sepi Menjadi Obat: Menjaga Hati dari Hiruk Pikuk Dunia

Dalam tradisi tasawuf, hati dipandang sebagai pusat kebersihan jiwa dan cermin kedekatan seorang hamba dengan Tuhannya. Banyak ulama sufi menekankan pentingnya menjaga hati dari kotoran duniawi agar senantiasa hidup dengan cahaya iman. Imam Abdullah bin Mubarak dalam kitab Risalatul Qusyairiyah memberikan kalam hikmah yang mendalam: “Saat ditanya apa itu obat hati? Beliau menjawab: قِلَّةُ الْاِخْتِلَاطِ بِالنَّاسِ (Meminimalkan pergaulan dengan manusia).” Kalam hikmah ini mengajak kita untuk merenungkan bahwa ketenangan dan kesehatan hati sering kali justru didapatkan dengan menjaga jarak dari hiruk pikuk interaksi yang berlebihan, sehingga hati lebih fokus untuk mengingat Allah.

Pertama, ungkapan ini bukan berarti melarang bergaul sama sekali, melainkan menekankan “pentingnya selektif dalam berinteraksi”. Terlalu banyak bergaul tanpa tujuan yang jelas sering kali menjerumuskan seseorang pada percakapan sia-sia, gosip, bahkan pertengkaran yang dapat mengeraskan hati. Dengan membatasi pergaulan, seseorang lebih mampu menjaga lisannya, pikirannya, dan hatinya dari hal-hal yang tidak bermanfaat.

Kedua, meminimalkan pergaulan memberikan ruang bagi seseorang untuk “merenung, bermuhasabah (introspeksi diri), dan memperkuat hubungan dengan Allah”. Dalam kesendirian, hati lebih mudah mendengar suara nurani dan lebih peka terhadap bisikan iman. Banyak ulama dan wali Allah yang mencapai maqam spiritual tinggi justru karena membiasakan diri dengan khalwat (menyendiri) untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Ketiga, ajaran ini juga melatih “kemandirian ruhani”. Dengan tidak selalu bergantung pada keramaian atau pengakuan manusia, seseorang belajar menemukan ketenangan dalam dirinya sendiri. Ia tidak mudah larut dalam pengaruh lingkungan, tetapi memiliki prinsip yang kuat. Inilah obat hati sejati, yakni ketika hati bergantung hanya kepada Allah, bukan pada keramaian manusia yang fana.

Kalam hikmah Imam Abdullah bin Mubarak mengajarkan keseimbangan: manusia tetap makhluk sosial yang membutuhkan interaksi, tetapi hati yang sehat lahir dari kemampuan membatasi diri dari pergaulan yang berlebihan. Obat hati adalah menjaga jarak secukupnya agar jiwa tidak lelah oleh hiruk pikuk dunia, melainkan tetap jernih, tenteram, dan kokoh dalam zikir. Dengan begitu, hati menjadi lebih dekat kepada Allah, lebih tenang menghadapi ujian, dan lebih kuat menebarkan kebaikan saat berinteraksi dengan sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Langkah Kecil Hari Ini, Lompatan Besar di Masa Depan

Setiap manusia sering kali terjebak pada penyesalan masa lalu atau kekhawatiran berlebihan akan masa depan. Padahal, yang benar-benar kita...