Dalam
kehidupan sehari-hari, kita sering kali menilai kebersihan hanya dari apa yang
tampak di permukaan: pakaian yang rapi, tubuh yang harum, atau lingkungan yang
tertata. Padahal, para masyayikh selalu mengingatkan bahwa kebersihan yang
sejati tidak hanya berhenti pada aspek lahiriah, tetapi juga mencakup
kebersihan batin. KH. Noerhasan Nawawie dari Pondok Pesantren Sidogiri
menyampaikan sebuah kalam hikmah penuh makna: “Sebenarnya orang yang bersih
itu bukanlah orang yang bersih pakaiannya. Yang menjadikan orang itu bersih
atau suci adalah bersih dan sucinya hati.” Kalam hikmah ini mengajak kita
untuk merenung lebih dalam tentang esensi kesucian manusia.
Kebersihan
pakaian memang penting, tetapi ia bersifat sementara dan mudah hilang. Pakaian
yang awalnya bersih bisa ternodai kapan saja. Namun, hati yang bersih adalah
sumber dari segala kebaikan yang memancar ke seluruh aspek kehidupan. Hati yang
ikhlas, jujur, dan tulus akan melahirkan perilaku yang baik, tutur kata yang
lembut, serta perbuatan yang membawa manfaat bagi orang lain. Maka, kesucian
hati adalah kebersihan yang sesungguhnya, karena ia bertahan lebih lama dan
menjadi dasar akhlak mulia.
Hati
yang kotor justru dapat merusak penampilan lahiriah yang tampak bersih.
Seseorang bisa saja terlihat anggun dan menawan dari luar, tetapi jika hatinya
dipenuhi iri, dengki, kesombongan, dan kebencian, maka sejatinya ia sedang
berada dalam kegelapan batin. Inilah perbedaan mendasar antara kebersihan
lahiriah dan batiniah. Kebersihan lahir hanya memberi kesan sesaat, sementara
kebersihan batin menuntun pada ketenangan, kedamaian, dan keberkahan hidup.
Kebersihan hati juga sangat erat kaitannya dengan hubungan kita kepada Allah dan sesama manusia. Hati yang bersih mudah menerima nasihat, ringan dalam beribadah, dan lapang dalam memaafkan. Sebaliknya, hati yang kotor penuh dengan kebencian akan sulit mendekat kepada Allah, enggan menerima kebenaran, dan mudah memutus tali persaudaraan. Oleh karena itu, membersihkan hati adalah kebutuhan spiritual yang harus terus dilakukan melalui zikir, muhasabah, dan memperbanyak amal saleh.
Kalam hikmah KH. Noerhasan Nawawie ini adalah pengingat agar kita tidak terjebak dalam menilai kebersihan dari sisi luar semata. Pakaian bersih memang menambah wibawa, tetapi hati yang suci akan menambah cahaya kehidupan. Kesucian hati akan memancarkan aura kebaikan yang membuat seseorang dicintai Allah dan manusia. Maka, marilah kita menjaga kebersihan lahiriah, tetapi lebih dari itu, mari kita perjuangkan kebersihan hati sebagai inti dari kesucian sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar