Kajian tentang fi’il, fa’il, dan maf’ul bih merupakan
salah satu aspek penting dalam mempelajari ilmu nahwu, karena ketiga unsur
tersebut membentuk struktur dasar kalimat bahasa Arab yang sempurna. Dengan
memahami fi’il (kata kerja), fa’il (pelaku), dan maf’ul bih (objek), pembelajar
dapat mengenali relasi makna serta keteraturan gramatikal yang menjadi ciri
khas bahasa Arab. Pemahaman ini tidak hanya membantu dalam menyusun kalimat
yang benar secara kaidah, tetapi juga memperkaya kemampuan memahami teks-teks
bahasa Arab, baik klasik maupun modern, sehingga tujuan utama pembelajaran
bahasa Arab, yaitu penguasaan keterampilan berbahasa dan penghayatan makna,
dapat tercapai dengan lebih mendalam.
1. Fi’il (فِعْلٌ) adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang
terjadi pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang, dan yang akan
datang).
2. Bahasa
Arab memiliki pola kata kerja yang menunjukkan waktu, baik waktu lampau (فِعْلٌ مَاضٍ) contoh: كَتَبَ (Telah menulis), maupun
waktu kini dan akan datang (sedang/akan terjadi فِعْلٌ مُضَارِعٌ), contoh: يَكْتُبُ (Sedang
menulis), dan سَيَكْتُبُ/سَوْفَ
يَكْتُبُ (Akan
menulis).
3. Fa’il (فَاعِلٌ) adalah isim marfu’
(dirafa’ dengan dhammah, alif dan nun, atau wawu dan nun)
yang menunjukkan orang yang melakukan pekerjaan (subjek, pelaku), contoh: قَرَأَ الْمُسْلِمُ الْقُرْآنَ (Orang
Islam telah membaca Al-Qur’an), قَرَأَ الْمُسْلِمَانِ الْقُرْآنَ (Dua
orang Islam telah membaca Al-Qur’an), dan قَرَأَ الْمُسْلِمُوْنَ
الْقُرْآنَ (Orang-orang Islam telah membaca Al-Qur’an).
4. Maf’ul bih (مَفْعُوْلٌ بِهِ) adalah isim manshub
(dinashab dengan fathah atau ya’ dan nun) yang menunjukkan sesuatu yang dikenai
pekerjaan/perbuatan pelaku (objek), contoh: يَرَى زَيْدٌ الْمُسْلِمَ (Zaid
sedang melihat orang Islam), يَرَى زَيْدٌ الْمُسْلِمَيْنِ (Zaid
sedang melihat dua orang Islam), dan يَرَى زَيْدٌ الْمُسْلِمِيْنَ (Zaid
sedang melihat orang-orang Islam).
5. Dalam bahasa Arab, urutan kata kerjanya bisa: قَرَأَ الْمُسْلِمُ الْقُرْآنَ (قَرَأَ = kata kerja), (الْمُسْلِمُ = pelaku), dan (الْقُرْآنَ = objek), تَرْسُمُ مَرْيَمُ الْمَنْظَرَ (تَرْسُمُ = kata kerja), (مَرْيَمُ = pelaku), dan (الْمَنْظَرَ = objek).
6. Pola pemakaian kata kerja dalam kalimat bahasa Arab berbeda dengan pemakaian kata kerja dalam kalimat bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, kata kerja seperti “membaca” akan ditulis tetap seperti itu, baik pelakunya laki-laki/perempuan, tunggal/dua/jamak, bahkan untuk waktu/kala: dulu/sekarang/yang akan datang.
7. Jika فَاعِلٌ (pelakunya) laki-laki, maka فِعْلٌ (kata kerjanya) juga harus laki-laki, contoh: قَرَأَ زَيْدٌ الْكِتَابَ (Zaid telah membaca kitab), يَكْتُبُ أَحْمَدُ الدَّرْسَ (Ahmad sedang menulis pelajaran). Demikian pula jika فَاعِلٌ (pelakunya) perempuan, maka فِعْلٌ (kata kerjanya) juga harus perempuan, contoh: قَرَأَتْ عَائِشَةُ الْكِتَابَ (Aisyah telah membaca kitab), تَكْتُبُ فَاطِمَةُ الدَّرْسَ (Fatimah sedang menulis pelajaran).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar