Dalam setiap perjalanan sejarah
umat Islam, kelahiran Nabi Muhammad Saw. adalah momen agung yang selalu
dikenang dengan penuh syukur. Beliau bukan hanya seorang utusan, tetapi juga
rahmat bagi seluruh alam. Salah satu ayat yang sangat indah dalam menggambarkan
pribadi Rasulullah Saw. terdapat dalam Al-Qur’an surat At-Taubah ayat 128:
لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ
حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
“Sungguh, benar-benar telah datang kepadamu seorang rasul
dari kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami, sangat
menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, dan (bersikap) penyantun dan
penyayang terhadap orang-orang mukmin.” Ayat ini menjadi pengingat betapa besar
kasih sayang Nabi kepada umatnya, sekaligus menjadi renungan dalam menyambut
hari kelahiran beliau.
Ayat tersebut menegaskan bahwa
Rasulullah Saw. datang dari kalangan manusia itu sendiri “min anfusikum”,
sehingga beliau memahami dengan sangat baik kondisi, bahasa, perasaan, serta
kebutuhan umatnya. Hal ini menunjukkan kedekatan emosional dan kultural antara
Nabi dengan manusia, sehingga ajaran yang beliau bawa dapat diterima dengan
penuh hikmah. Kelahirannya adalah tanda bahwa Allah mengutus seorang pembimbing
yang benar-benar mengerti keadaan kita, bukan sosok asing yang jauh dari
kehidupan manusia.
Allah juga menggambarkan bahwa
berat bagi Nabi melihat penderitaan umatnya: “‘azīzun ‘alaihi mā ‘anittum.”
Setiap kesulitan yang menimpa umat, setiap derita yang mereka rasakan, terasa
sangat berat di hati beliau. Rasulullah bukan hanya penyampai risalah, tetapi
juga seorang yang hatinya senantiasa terpaut pada umatnya. Ini menjadi bukti
nyata betapa dalamnya cinta beliau, sehingga kelahirannya adalah karunia yang
membawa rasa aman dan harapan bagi manusia.
Lebih jauh, Rasulullah
digambarkan sebagai sosok yang sangat menginginkan kebaikan bagi umatnya: “harīshun
‘alaikum.” Beliau selalu berupaya agar umatnya mendapatkan keselamatan,
kebahagiaan, dan keberkahan, baik di dunia maupun di akhirat. Seluruh
perjuangan, doa, bahkan air mata beliau adalah bukti nyata kegigihan seorang
Nabi yang tidak pernah berhenti mencintai dan mendoakan umatnya.
Kemudian Allah menyebut dua sifat agung Rasulullah Saw.: ra’ūf (penuh kelembutan) dan rahīm (penyayang). Dua sifat ini menunjukkan kehangatan hati beliau yang luar biasa. Rasulullah Saw. tidak hanya tegas dalam menegakkan kebenaran, tetapi juga penuh kasih dalam menyampaikan ajaran, mendidik, dan menuntun umat. Kehadiran beliau adalah cahaya yang memadukan kelembutan dengan ketegasan, kasih sayang dengan keteladanan.
Menyambut kelahiran Nabi Muhammad Saw. dengan merenungi ayat ini akan menumbuhkan rasa cinta yang lebih mendalam kepada beliau. Kita diajak untuk meneladani kasih sayang, kelembutan, dan kegigihan Nabi dalam membawa umat kepada kebaikan. Lebih dari itu, kita diingatkan bahwa keberkahan kelahiran Rasulullah Saw. adalah nikmat besar yang harus disyukuri dengan cara mencintainya, mengikuti sunnahnya, dan berusaha menebarkan rahmat kepada sesama. Dengan demikian, peringatan maulid bukan hanya seremonial, tetapi momentum memperbarui komitmen kita untuk hidup sesuai dengan ajaran dan teladan beliau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar