Rabu, 03 September 2025

Seni Menjaga Hati: Bukan Menyembuhkan, Tapi Tidak Menyakiti

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering berhadapan dengan berbagai ragam manusia dengan luka batin, beban hidup, dan pengalaman pahit yang berbeda-beda. Sebagian dari mereka mungkin membawa trauma masa lalu, kegagalan, atau rasa kecewa yang mendalam. Tentu saja, kita tidak selalu mampu menjadi penolong bagi setiap orang yang terluka, karena keterbatasan kita sebagai manusia. Namun, ada sebuah prinsip yang indah untuk dijadikan pedoman: "Bukan kewajiban kita mengobati luka semua orang, kewajiban kita hanya tidak melukai siapa pun."

Ungkapan ini mengajarkan kesadaran akan batas kemampuan kita. Tidak semua luka dapat kita sembuhkan, dan tidak semua masalah orang lain bisa kita selesaikan. Memaksakan diri untuk menjadi penyembuh bagi semua orang justru bisa membuat kita kelelahan dan kehilangan arah. Namun, yang menjadi kewajiban moral dan kemanusiaan adalah menjaga diri agar kita tidak menambah beban, tidak memperdalam luka, dan tidak menjadi sumber kesakitan baru bagi orang lain. Allah Swt. berfirman:

وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِيْنًا

"Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (dan benar). Sesungguhnya setan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia." (QS. Al-Isra’ [17]: 53)

Dengan memilih untuk tidak melukai, kita sedang menjalani tanggung jawab sosial yang paling mendasar. Kata-kata yang penuh empati, sikap yang menghargai, serta tindakan sederhana yang penuh kebaikan bisa menjadi obat yang tidak terlihat namun sangat berarti. Sebaliknya, ucapan yang kasar, sikap yang merendahkan, atau tindakan yang tidak adil bisa melukai hati seseorang lebih dalam daripada luka fisik. Rasulullah Saw. bersabda:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُوْنَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

"Seorang Muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Lebih jauh, prinsip ini juga mengajarkan kita tentang keikhlasan. Kita tidak dituntut untuk menjadi pahlawan bagi semua orang, tetapi kita bisa menjadi pribadi yang tidak menambah penderitaan bagi sesama. Bahkan, dengan hanya berusaha menjadi sosok yang aman dan nyaman di sekitar orang lain, kita sudah memberikan ruang penyembuhan. Terkadang, ketenangan yang dirasakan seseorang bukan berasal dari pertolongan besar, melainkan dari hadirnya orang-orang yang tidak menyakitinya.

Ungkapan ini mengingatkan kita bahwa dunia akan menjadi tempat yang lebih damai jika setiap orang menjalani peran kecilnya dengan baik: tidak melukai. Bila setiap individu mampu menahan diri dari kata-kata dan perbuatan yang menyakitkan, maka secara kolektif masyarakat akan dipenuhi rasa aman, saling menghargai, dan kasih sayang. Kita mungkin tidak bisa menghapus semua luka di dunia, tetapi kita bisa memastikan bahwa kita bukanlah orang yang menambah luka itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Langkah Kecil Hari Ini, Lompatan Besar di Masa Depan

Setiap manusia sering kali terjebak pada penyesalan masa lalu atau kekhawatiran berlebihan akan masa depan. Padahal, yang benar-benar kita...