Setiap perkataan para ulama
penuh dengan hikmah yang mendalam dan bimbingan yang menenangkan jiwa. Imam
Syafi’i, salah seorang imam besar dalam Islam, tidak hanya memberikan warisan
dalam bidang fikih dan ushul, tetapi juga meninggalkan mutiara-mutiara hikmah
yang mampu menuntun umat menuju kehidupan yang lebih baik. Salah satu
ungkapannya yang sarat makna adalah tentang empat hal yang dapat menguatkan
mata. Beliau berkata:
أَرْبَعَةٌ تُقَوِّي
الْبَصَرَ: الْجُلُوْسُ حِيَالَ الْكَعْبَةِ، وَالْكَحْلُ عِنْدَ النَّوْمِ، وَالنَّظَرُ
إِلَى الْخَضْرَةِ، وَتَنْظِيْفُ الْمَجْلِسِ.
“Empat
hal yang menguatkan mata: duduk di depan ka’bah, memakai celak saat hendak
tidur, melihat hijau-hijauan, dan duduk di majelis zikir.”
Pertama, duduk di depan Ka’bah
bukan hanya menyejukkan pandangan, tetapi juga menenangkan hati. Ka’bah adalah
simbol tauhid dan kiblat umat Islam di seluruh dunia. Memandangnya menghadirkan
rasa haru, kerinduan, dan kedekatan dengan Allah. Bagi siapa pun yang diberi
kesempatan duduk di hadapannya, pandangan mata menjadi kuat karena disertai
kekuatan iman dalam hati. Mata tidak hanya sekadar melihat, tetapi juga belajar
untuk menatap dengan penuh kekhusyukan dan penghayatan spiritual.
Kedua, memakai celak saat
hendak tidur adalah sunnah Nabi Muhammad Saw. yang mengandung hikmah kesehatan.
Celak, khususnya yang berasal dari itsmid, diyakini dapat menjaga kesehatan
mata, membersihkan kotoran, dan memperindah pandangan. Imam Syafi’i
mengingatkan bahwa menjaga mata bukan sekadar perkara fisik, melainkan juga bentuk
mengikuti sunnah Rasulullah Saw. Dengan demikian, mata yang sehat akan
digunakan untuk hal-hal yang baik, bukan sekadar untuk melihat dunia, tetapi
juga untuk memperkuat ibadah.
Ketiga, melihat hijau-hijauan merupakan nikmat yang luar biasa. Alam yang hijau menghadirkan ketenangan, menyegarkan pandangan, dan menyehatkan jiwa. Pandangan ke arah pepohonan, rerumputan, dan taman yang indah membuat mata rileks dan hati menjadi damai. Imam Syafi’i menegaskan bahwa alam adalah salah satu tanda kebesaran Allah. Melihat hijau-hijauan berarti merenungi ciptaan-Nya, mengambil pelajaran dari kesejukan yang ditampilkan, serta mengingatkan manusia agar selalu dekat dengan fitrah kesucian.
Keempat, duduk di majelis zikir adalah bentuk penguatan mata yang bersifat batiniah. Di majelis itu, mata terbiasa melihat hal-hal yang mendekatkan kepada Allah: wajah orang-orang saleh, kitab-kitab ilmu, dan suasana yang penuh keberkahan. Dari situlah mata tidak mudah lalai, melainkan semakin terjaga dari pandangan yang sia-sia. Majelis zikir menyehatkan mata hati, membuat penglihatan jiwa semakin jernih, dan mengantarkan seorang hamba pada ketenangan abadi. Inilah puncak dari nasihat Imam Syafi’i: bahwa kekuatan mata bukan sekadar kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan ruhani yang menjaga hati dari kegelapan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar