Minggu, 28 September 2025

Keberanian Mengatasi Malu: Meningkatkan Diri dengan Ilmu dan Sunnah

Malu merupakan salah satu sifat yang diajarkan dalam Islam sebagai bagian dari adab dan akhlak yang baik. Malu bisa menjadi pendorong bagi seseorang untuk menjaga dirinya dari perbuatan buruk dan dosa. Namun, ada kalanya rasa malu justru menjadi penghalang untuk melakukan kebaikan, menuntut ilmu, dan menjalankan perintah Allah. Dalam dars Abuya Al-Habib Shaleh Alaydrus, beliau mengingatkan kita bahwa ada bentuk malu yang tercela, yaitu ketika rasa malu justru menyia-nyiakan hak Allah dan menghalangi kita dari meraih kebaikan. Hal ini sangat relevan untuk kita renungkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal menuntut ilmu dan menjalankan kewajiban agama.

Malu yang tercela adalah malu yang menghalangi kita untuk menuntut ilmu. Sebagaimana yang disampaikan oleh Imam Mujahid, لَا يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلَا مُسْتَكْبِرٌ "Tidak akan mendapatkan ilmu, orang yang malu dan orang yang sombong." Dalam hal ini, malu yang dimaksud adalah rasa malu yang berlebihan hingga membuat seseorang enggan bertanya, mencari ilmu, atau mengembangkan dirinya. Padahal, menuntut ilmu adalah kewajiban setiap Muslim. Rasa malu yang tidak pada tempatnya justru akan mengekang perkembangan diri dan menjauhkan kita dari sumber kebaikan yang telah diperintahkan oleh Allah. Dalam mencari ilmu, kita harus berani melawan rasa malu yang tidak berdasar dan tidak membiarkan rasa takut untuk tampak bodoh atau tidak tahu menghalangi kita.

Selain itu, malu yang tercela juga dapat muncul dalam hal amar ma'ruf nahi munkar (menganjurkan yang baik dan mencegah yang buruk). Sebagian orang merasa malu untuk menegur teman atau orang lain yang melakukan perbuatan salah, meskipun dalam hatinya dia tahu bahwa itu adalah kewajiban. Rasa malu seperti ini mengabaikan tanggung jawab kita sebagai umat Islam untuk saling mengingatkan dan menegakkan kebaikan. Padahal, dalam hadis Nabi Muhammad Saw. disebutkan bahwa "Barang siapa di antara kalian yang melihat kemungkaran, hendaklah ia mengubahnya dengan tangan, atau dengan lisan, atau dengan hati." Malu yang menghalangi kita untuk melaksanakan tugas mulia ini adalah bentuk kekeliruan, karena kita lebih mementingkan perasaan pribadi daripada kewajiban agama.

Malu yang tercela juga bisa terjadi dalam “menjalankan sunnah”. Ada sebagian orang yang merasa malu untuk melaksanakan sunnah-sunnah Nabi yang dianggap kecil, seperti sunnah berdoa sebelum makan, melakukan shalat tahajud, atau berzikir setelah shalat. Padahal, sunnah Nabi adalah jalan yang membawa kita kepada kedekatan dengan Allah dan meraih pahala yang besar. Rasa malu ini seharusnya ditanggalkan karena hal-hal tersebut bukanlah sesuatu yang memalukan, melainkan bentuk penghambaan kita kepada Allah Yang Maha Mulia. Jika kita malu untuk mengikuti sunnah Nabi, kita telah menyia-nyiakan kesempatan berharga untuk meningkatkan kualitas ibadah kita.

Imam Mujahid menyatakan bahwa orang yang malu dan sombong tidak akan mendapatkan ilmu. Kedua sifat ini adalah penghalang besar dalam pencarian ilmu dan perbaikan diri. Malu yang berlebihan akan membuat seseorang merasa tidak layak untuk bertanya atau belajar, padahal proses belajar adalah hal yang harus terus dilakukan sepanjang hidup. Sementara itu, kesombongan akan menutupi hati seseorang dari kebenaran. Dalam hal ini, kita harus bisa menghilangkan rasa malu yang menghalangi kemajuan diri dan menghindari sifat sombong yang menghalangi kita untuk menerima ilmu dan perbaikan.

Kesimpulannya, “malu yang tercela” adalah rasa malu yang tidak pada tempatnya, yang justru menghalangi kita untuk melakukan kebaikan dan meraih ilmu yang bermanfaat. Sebagai umat Islam, kita harus belajar untuk memisahkan antara rasa malu yang menjaga kehormatan dan rasa malu yang menghalangi kemajuan diri. Dalam menuntut ilmu, menjalankan sunnah, serta amar ma'ruf nahi munkar, kita harus berani untuk mengabaikan rasa malu yang tidak produktif. Dengan itu, kita akan dapat memperoleh ilmu, menegakkan kebaikan, dan meningkatkan kualitas ibadah, serta hidup sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Keberanian Mengatasi Malu: Meningkatkan Diri dengan Ilmu dan Sunnah

Malu merupakan salah satu sifat yang diajarkan dalam Islam sebagai bagian dari adab dan akhlak yang baik. Malu bisa menjadi pendorong bagi...