Halaman

Rabu, 03 Desember 2025

Bijak Menerima Informasi: Cermin Kedewasaan Berpikir

Ungkapan “Orang yang mudah percaya dengan isu, sebelum membuktikan kebenarannya adalah orang yang paling menyedihkan dalam kehidupan ini. Apalagi cepat berkomentar, sekaligus menunjukkan kualitas cara berpikirnya” mengandung pesan moral yang kuat mengenai cara seseorang bersikap di era informasi. Dalam masyarakat yang serba cepat seperti sekarang, kemampuan berpikir kritis, menahan diri, serta memverifikasi informasi menjadi kebutuhan penting. Ungkapan ini menjadi pengingat bahwa kematangan seseorang tidak hanya terlihat dari pengetahuannya, tetapi juga dari caranya menilai, menyikapi, dan merespons suatu informasi.

Bagian pertama dari ungkapan tersebut menyoroti bahaya mudah percaya pada isu tanpa menyelidiki kebenarannya. Orang yang langsung menerima informasi tanpa pertimbangan biasanya terjebak dalam bias, prasangka, atau bahkan manipulasi. Sikap ini membuat seseorang rentan dipermainkan oleh kabar bohong atau provokasi. Ketidakmampuan membedakan fakta dan opini bukan hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga dapat merusak hubungan sosial karena ikut menyebarkan informasi yang tidak benar.

Ungkapan ini juga menyentil sikap tergesa-gesa dalam berkomentar. Dengan semakin terbukanya ruang publik, terlebih di media sosial, banyak orang merasa terdorong untuk memberikan pendapat tanpa berpikir panjang. Komentar yang muncul dari informasi yang belum jelas kebenarannya seringkali justru memicu konflik, kesalahpahaman, atau mempermalukan diri sendiri. Dalam konteks ini, kecepatan berkomentar tidak menunjukkan kedewasaan, melainkan ketidakmampuan mengontrol emosi dan kurangnya kehati-hatian.

Lebih jauh, ungkapan tersebut menekankan bahwa cara seseorang merespons isu mencerminkan kualitas pikirannya. Orang yang matang secara intelektual akan menggunakan akal sehat, mencari bukti, dan mempertimbangkan dampak dari tiap ucapan. Sebaliknya, seseorang yang mudah percaya dan cepat bicara memperlihatkan cara berpikir yang dangkal, lebih mengandalkan emosi daripada logika. Sikap seperti ini menunjukkan kurangnya refleksi diri dan minimnya kebiasaan berpikir kritis.

Dengan demikian, ungkapan tersebut mengajarkan pentingnya menahan diri, berpikir jernih, dan memeriksa informasi sebelum mengambil sikap. Dalam kehidupan yang kompleks, kemampuan memilah informasi, bersikap hati-hati, serta menunda komentar sampai memahami konteks merupakan tanda kedewasaan dan integritas. Orang yang mampu bersikap demikian tidak hanya terhindar dari kesalahan, tetapi juga dihormati karena kebijaksanaannya. Pada akhirnya, kualitas berpikir seseorang tidak diukur dari seberapa cepat ia berbicara, tetapi dari seberapa dalam ia memahami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Ketika Bacaan Al-Qur’an Mengangkat Kedudukan di Surga

Dalam tradisi keilmuan Islam, para ulama senantiasa menekankan pentingnya Al-Qur’an bukan hanya sebagai bacaan, tetapi juga sebagai pedoma...