Pusat Pengembangan Bahasa UIN
Maulana Malik Ibrahim Malang kembali menunjukkan komitmennya dalam
mengembangkan dan memajukan studi bahasa Arab melalui penyelenggaraan “Perayaan
Hari Bahasa Arab Se-Dunia 2025” pada Selasa, 9 Desember 2025. Kegiatan ini
menjadi momentum penting bagi sivitas akademika untuk memperkuat kecintaan dan
apresiasi terhadap bahasa Arab sebagai bahasa ilmu pengetahuan, budaya, dan
wahyu. Tahun ini, Pusat Pengembangan Bahasa menghadirkan narasumber
internasional, Prof. Dr. Najib Ali Abdullah Al-Saudi, Ketua Badan
Internasional Bahasa Arab di Amerika Serikat, yang memberikan ceramah inspiratif
kepada para peserta.
Kegiatan Perayaan Hari Bahasa
Arab Se-Dunia 2025 yang dilaksanakan secara hybird (offline di
aula gedung C dan online di kelas masing-masing) dihadiri langsung oleh
Kepala Pusat Pengembangan Bahasa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Ibu Dr. Hj. Mamluatul
Hasanah, M.Pd, Ketua PKPBA Dr. Nur Qomari, M.Pd, serta dua dosen asing dari
Sudan Prof. Dr. Faisol Mahmoud Adam, MA dan Prof. Dr. Bakri Muhammed Bakhiet,
MA. Perayaan Hari Bahasa Arab Se-Dunia ini juga diikuti oleh para mahasiswa
Program Khusus Perkuliahan Bahasa Arab (PKPBA) yang berjumlah sekitar 4.971
mahasiswa yang terbagi di kampus 1, 2, dan 3.
Dalam pemaparannya, Prof. Najib
menegaskan bahwa Perayaan Hari Bahasa Arab Se-Dunia adalah tuannya hari dalam
setahun, yakni hari yang memiliki kedudukan istimewa untuk meneguhkan peran
bahasa Arab di tengah dinamika global. Beliau menjelaskan bahwa bahasa Arab
adalah pilar peradaban yang telah melahirkan tradisi keilmuan, sastra, dan
intelektualisme yang sangat berpengaruh dalam sejarah umat manusia.
Lebih lanjut, beliau mengutip
hadis yang menganjurkan untuk mencintai bahasa Arab karena tiga alasan: أَحِبُّوا الْعَرَبَ
لِثَلَاثٍ: لِأَنِّي عَرَبِيٌّ، وَالْقُرْآنُ عَرَبِيٌّ، وَكَلَامُ أَهْلِ الْجَنَّةِ
فِي الْجَنَّةِ عَرَبِيٌّ “Cintailah bangsa Arab karena tiga hal:
karena aku (nabi) orang Arab, Al-Qur’an berbahasa Arab, dan penghuni surga juga
berbicara dengan bahasa Arab” (HR. Al-Thabarani). Menurutnya,
kecintaan terhadap bahasa Arab bukan hanya bernilai budaya, tetapi juga
spiritual, karena bahasa tersebut menjadi medium wahyu Ilahi dan identitas umat
Islam di seluruh dunia.
Prof. Najib kemudian menekankan
bahwa pemahaman mendalam terhadap Al-Qur’an dan hadis tidak mungkin dicapai
tanpa penguasaan bahasa Arab. Terjemahan, meskipun membantu, tidak dapat
sepenuhnya menggantikan keindahan tekstual, kedalaman makna, serta nilai
retorika yang hanya dapat dirasakan melalui bahasa asalnya. Karena itu,
mempelajari bahasa Arab menjadi kebutuhan ilmiah bagi siapa pun yang ingin
memahami ajaran Islam secara komprehensif.
Dalam paparan berikutnya, Prof. Najib menunjukkan bahwa bahasa Arab pada hakikatnya adalah bahasa yang mudah dipelajari. Ia memberikan contoh sederhana tentang penyusunan kata dari huruf-huruf hijaiyah seperti (أ + ب = أب), (أ + م = أم), (أ + خ = أخ), (ع + م = عم), (ج + د = جد). Contoh tersebut menjelaskan bahwa struktur dasar bahasa Arab sangat logis dan mudah dikenali. Bahkan, kata-kata tersebut dapat langsung digunakan dalam kalimat dengan menambahkan kata tunjuk seperti هٰذَا أَبٌ dan هٰذِهِ أُمٌّ, menunjukkan betapa praktisnya bahasa Arab untuk pembelajar pemula.
Beliau juga menegaskan bahwa bahasa Arab adalah لُغَةُ الْمُمَارَسَةِ وَلُغَةُ التَّكَلُّمِ (bahasa praktik dan bahasa komunikasi langsung). Pembelajaran bahasa Arab akan berhasil jika dipraktikkan secara aktif, sebagaimana seseorang mempelajari bahasa ibu atau bahasa lokal. Oleh karena itu, metode yang menekankan latihan, interaksi, dan penggunaan bahasa dalam konteks nyata merupakan pendekatan yang paling efektif.
Prof. Najib mengingatkan bahwa
pembelajar seharusnya lebih fokus pada “belajar bahasa” (تَعَلُّمُ اللُّغَةِ)
daripada “belajar tentang bahasa” (التَّعَلُّمُ عَنِ اللُّغَةِ).
Artinya, pengajaran bahasa Arab tidak boleh hanya berpusat pada teori dan
kaidah, tetapi harus mendorong pembelajar untuk berbicara, menulis, mendengar,
dan berinteraksi langsung menggunakan bahasa Arab.
Di akhir ceramahnya, Prof. Najib memberikan metode praktis untuk meningkatkan penguasaan kosakata, yaitu dengan menghafal dua kosakata setiap hari dan menyusunnya menjadi dua kalimat. Dengan konsistensi, seorang pembelajar dapat menguasai puluhan kosakata setiap bulan dan ratusan kosakata dalam setahun. Metode sederhana ini dianggap sangat efektif untuk membangun dasar komunikasi bahasa Arab yang kuat.
Perayaan Hari Bahasa Arab Se-Dunia 2025 ini ditutup dengan pesan Prof. Najib agar para dosen, mahasiswa, dan seluruh pecinta bahasa Arab menjadikan momentum ini sebagai sarana memperkuat komitmen belajar dan mengamalkan bahasa Arab dalam kehidupan sehari-hari. Pusat Pengembangan Bahasa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang berharap kegiatan ini dapat melahirkan generasi baru pembelajar bahasa Arab yang aktif, percaya diri, dan mampu berkontribusi dalam pengembangan studi bahasa Arab di tingkat nasional maupun internasional.



Tidak ada komentar:
Posting Komentar