Rabu, 09 Juli 2025

Melangkah Bersama Waktu: Menjemput Nasib Baik dengan Perilaku Bijak

Dalam kehidupan ini, waktu adalah anugerah sekaligus pengingat bahwa setiap detik membawa kita lebih dekat kepada takdir. Ungkapan bijak dalam bahasa Jawa, "Urip iku terus mlaku, bebarengan karo wektu, sing bisa gawa lakumu, supaya apik nasibmu (Hidup itu terus berjalan, bersamaan dengan waktu yang bisa membawa tingkah lakumu, biar nasibmu baik)," mengandung makna yang dalam dan membangkitkan kesadaran. Hidup tidak pernah berhenti, ia terus berjalan seiring dengan waktu. Maka, manusia sebagai pelaku kehidupan mesti bijak dalam melangkah, karena nasib dan masa depan ditentukan oleh bagaimana kita memanfaatkan waktu dan memperbaiki perilaku kita.

Waktu bukan sekadar angka yang terus bertambah di kalender, melainkan sahabat sekaligus saksi dari setiap pilihan hidup yang kita ambil. Ketika seseorang lalai atau menyia-nyiakan waktunya, maka hidupnya pun akan terseret tanpa arah yang jelas. Sebaliknya, ketika seseorang menghargai waktu dan menggunakannya untuk bertindak bijak, maka langkah-langkah kecilnya akan membawa perubahan besar. Perilaku atau lakumu adalah faktor kunci dalam mengarahkan ke mana nasib akan membawa kita.

Ungkapan ini mengajarkan bahwa kita tidak bisa hanya menunggu keajaiban nasib. Nasib yang baik bukan sesuatu yang jatuh begitu saja dari langit, melainkan hasil dari perjalanan panjang, konsistensi, dan usaha yang berkelanjutan. Setiap perbuatan yang kita lakukan hari ini adalah batu pijakan menuju kehidupan esok. Oleh karena itu, menjalani hidup dengan penuh kesadaran, etika, dan semangat perbaikan diri menjadi keharusan yang tak bisa ditawar.

Lebih dari itu, pesan ini menyiratkan bahwa kehidupan harus dijalani dengan keseimbangan antara usaha dan waktu. Tidak cukup hanya bekerja keras, kita juga harus bersabar, beradaptasi, dan terus mengevaluasi langkah kita seiring waktu berjalan. Perjalanan hidup bukanlah sprint singkat, melainkan maraton panjang yang membutuhkan daya tahan, visi, dan arah yang jelas. Di sinilah pentingnya menjadikan waktu sebagai sekutu, bukan musuh.

Ungkapan bijak ini meneguhkan kita bahwa hidup adalah proses yang terus bergerak, dan kita adalah pengendali arah geraknya. Jika kita mampu memadukan kesadaran waktu dan kelurusan perilaku, maka bukan tidak mungkin nasib yang baik akan menghampiri. Mari kita jalani hidup ini dengan tekad yang kuat, pikiran yang jernih, dan tindakan yang baik, agar waktu tidak hanya membawa kita tua, tetapi juga membawa kita pada kebahagiaan dan keberkahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saat Ilmu Bertemu Akhlak: Kisah Keteladanan Imam Syafi’i

Dalam perjalanan hidup dan ilmu, tak jarang perbedaan pendapat menjadi ujian bagi kelapangan dada dan kebesaran jiwa. Kisah berikut ini me...