Dalam kehidupan sehari-hari,
kita sering menemui orang yang pandai berkata-kata namun minim tindakan nyata.
Ungkapan bijak dalam bahasa Jawa “Kakehan gludug kurang udan” secara
harfiah berarti “kebanyakan guntur, tapi kurang hujan.” Ungkapan ini menyindir
sikap seseorang yang terlalu banyak berbicara, berjanji, atau menyampaikan
gagasan besar, namun tidak pernah diiringi dengan tindakan atau hasil nyata.
Seperti guntur yang menggelegar namun tidak membawa hujan, kata-kata yang tanpa
bukti hanya akan menjadi gema kosong yang kehilangan makna.
Ungkapan ini menjadi pengingat
bahwa nilai sejati seseorang bukan terletak pada seberapa hebat ia berbicara,
melainkan seberapa besar ia bisa mewujudkan apa yang ia katakan. Dunia tidak
butuh lebih banyak suara, tetapi lebih banyak aksi. Orang bijak memilih untuk
berbicara seperlunya, namun bertindak sebesar mungkin. Mereka menyadari bahwa
kepercayaan dibangun bukan dari kata-kata indah, tetapi dari integritas dalam
menepati ucapan dan konsistensi dalam bertindak.
Sering kali, terlalu banyak bicara justru menjadi penghalang bagi diri sendiri. Semakin banyak janji atau klaim yang diucapkan tanpa bukti, semakin berkurang pula kepercayaan orang lain terhadap kita. Dalam dunia kerja, hubungan sosial, maupun kepemimpinan, orang-orang yang dihargai adalah mereka yang diam-diam bekerja dan menunjukkan hasil. Karena itu, lebih baik menjadi pribadi yang “sedikit bicara, banyak bekerja” daripada sebaliknya.
Ungkapan bijak “kakehan gludug kurang udan” mengajarkan kita tentang pentingnya kejujuran, konsistensi, dan keteladanan dalam bertindak. Kata-kata memang memiliki kekuatan, tetapi hanya jika dibarengi dengan tindakan nyata. Mari kita biasakan untuk tidak tergoda menebar janji atau berbicara besar tanpa rencana dan usaha. Biarkan tindakan kita berbicara lebih nyaring daripada mulut kita. Sebab, dari hujanlah bumi menjadi subur, bukan dari suara guntur yang keras namun kosong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar