Dalam kehidupan yang penuh
dinamika ini, tidak jarang manusia dihadapkan pada situasi yang menuntut emosi
dan ego. Di tengah tuntutan dan persaingan hidup, muncul ungkapan bijak dalam
bahasa Jawa yang sarat makna: “Wong sabar rejekine jembar, ngalah urip kuwih
berkah”. Artinya, orang yang sabar akan mendapatkan rezeki yang luas, dan
mereka yang mau mengalah akan meraih hidup yang penuh keberkahan. Ungkapan ini
bukan sekadar nasihat turun-temurun, tetapi kearifan hidup yang telah teruji
oleh waktu.
Sabar bukan berarti diam tanpa
usaha, melainkan kemampuan untuk tetap tenang dan bijaksana dalam menghadapi
ujian. Orang yang sabar tidak terburu-buru mengambil keputusan, tidak mudah
terpancing emosi, dan lebih memilih jalan damai daripada pertikaian. Sifat ini
membuka pintu-pintu rezeki karena sabar menciptakan suasana hati yang jernih,
pikiran yang tajam, dan hubungan sosial yang harmonis. Dengan kesabaran,
seseorang mampu bertahan dan terus melangkah meski dalam tekanan.
Sementara itu, sikap mengalah bukanlah tanda kelemahan, tetapi bukti dari kekuatan hati dan kematangan jiwa. Mengalah berarti menempatkan perdamaian dan kebaikan di atas ego pribadi. Dalam kehidupan bermasyarakat, mereka yang mudah mengalah justru lebih dihormati dan disegani karena mampu menjaga kerukunan. Hidup yang dipenuhi sikap mengalah akan mengalir lebih tenang, jauh dari konflik, dan inilah yang membawa keberkahan dalam berbagai aspek kehidupan.
Ungkapan bijak ini mengajarkan kita untuk tidak terpaku pada kemenangan sesaat atau kebanggaan yang lahir dari ego. Sabar dan mengalah bukan berarti kalah, tetapi sebuah strategi hidup yang membawa kedamaian, kelapangan rezeki, dan keberkahan dari Tuhan. Dalam dunia yang semakin keras, dua sifat ini menjadi penawar sekaligus pelindung jiwa. Maka, jadikanlah sabar sebagai pegangan dan mengalah sebagai kebiasaan, agar hidup tidak hanya sukses secara lahiriah, tapi juga tenteram dan diberkahi secara batiniah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar