Dalam kehidupan yang penuh
dinamika ini, manusia kerap kali terjebak pada kebiasaan mengamati, menilai,
bahkan mencampuri urusan orang lain. Padahal, setiap individu memiliki
kekurangan dan tanggung jawab pribadi yang lebih layak untuk diperhatikan.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra., seorang khalifah yang dikenal dengan
kedalaman ilmunya, pernah menyampaikan pesan mendalam: "Jangan
mengawasi orang lain, jangan mengintai gerakannya, jangan membuka aib, dan
jangan menyelidikinya. Sibuklah dirimu memperbaiki aibmu, karena engkau akan
ditanya oleh Allah tentang dirimu bukan tentang orang lain." Ucapan
ini bukan sekadar nasihat etis, tetapi juga ajakan spiritual untuk mengarahkan
perhatian ke dalam diri.
Sayyidina Ali bin Abi Thalib
ra. menekankan bahwa pengawasan terhadap orang lain bukanlah prioritas dalam
perjalanan hidup seseorang. Terkadang, kesalahan orang lain begitu menarik
untuk dibicarakan, sementara kesalahan sendiri sering terabaikan. Dalam Islam,
menjaga kehormatan sesama adalah bagian dari akhlak mulia. Mengintai
gerak-gerik orang lain atau mencari-cari kesalahannya adalah bentuk pelanggaran
terhadap hak privasi dan kemanusiaan yang sangat dijunjung tinggi dalam ajaran
Nabi Muhammad Saw.
Lebih jauh, membuka aib orang
lain bukan hanya menyakiti perasaannya, tetapi juga mencoreng nilai keadilan
dan kasih sayang dalam masyarakat. Islam mengajarkan satrul ‘uyub
(menutup aib saudara seiman) karena Allah sendiri Maha Penutup aib hamba-Nya.
Maka ketika seseorang sibuk menyebarkan kekurangan orang lain, ia sejatinya
telah menjerumuskan dirinya ke dalam jurang kemunafikan dan kesombongan, dua
sifat yang amat dibenci oleh Allah.
Nasihat Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. juga mengingatkan tentang urgensi introspeksi. Setiap manusia pasti memiliki kekurangan yang harus diperbaiki. Maka energi yang seharusnya digunakan untuk memperbaiki diri, janganlah disia-siakan untuk mengurusi hidup orang lain. Ketika seseorang mampu fokus pada perbaikan dirinya sendiri, ia akan lebih sadar diri, lebih lembut dalam menilai orang lain, dan akan tumbuh dalam keikhlasan dan kerendahan hati.
Nasihat bijak Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra. menyadarkan kita pada hakikat pengadilan Allah kelak. Yang akan dimintai pertanggungjawaban adalah “diri kita”, bukan orang lain. Maka kesibukan memperbaiki aib sendiri adalah bentuk kesadaran ruhani yang tinggi dan perwujudan dari kehambaan yang sejati. Hidup akan lebih damai jika kita berhenti menilai, dan mulai memperbaiki. Sebab, semakin seseorang mengenal dirinya, semakin ia tahu bahwa dirinya pun butuh ampunan, bukan penghakiman terhadap orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar