Di tengah hiruk-pikuk zaman
yang sering memisahkan nilai dari pendidikan, kisah berikut mengajarkan kepada
kita bahwa cahaya akhlak yang murni mampu menembus batas agama, budaya, bahkan
keyakinan. Seorang ibu non-Muslim di Paris memilih untuk mengirim anaknya ke
masjid bukan karena ia ingin anaknya berpindah keyakinan, melainkan karena ia
menyaksikan pancaran ketulusan, cinta, dan penghormatan anak-anak Muslim
terhadap orang tua mereka. Ini adalah kisah yang membuktikan bahwa akhlak mulia
tidak hanya menjadi identitas seorang Muslim sejati, tetapi juga menjadi dakwah
paling lembut dan menggetarkan hati.
Seorang
perempuan Kristen mengirim anaknya ke salah satu masjid di Paris untuk belajar
akhlak bersama anak-anak orang-orang Islam.
Anak
kecil tersebut masuk ke salah satu masjid di Paris dan berkata kepada sang imam
masjid, “Ibuku telah mengirimku agar aku bisa belajar di tempat pendidikanmu
ini.”
Sang
imam pun tersenyum dan berkata kepada anak kecil tersebut, “Di mana ibumu agar
kami memastikan kebenaran omonganmu ini.”
Sang
anak berkata, “Dia berada di jalan luar, dia tidak bisa masuk, karena kami
adalah keluarga Kristen dan kami bukanlah keluarga Islam.”
Maka
sang imam-pun terperanjat dan keluar dengan cepat untuk mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi, dengan meminta keterangan dari sang ibu dari teka-teki yang
aneh ini. Bagaimana mungkin ada orang-orang yang bukan Islam, mengutus anaknya
agar belajar di masjid milik orang-orang Islam?
Maka berkata sang ibu kepada sang imam, “Aku memiliki tetangga perempuan Muslimah, dia memiliki anak-anak kecil. Aku melihat mereka, anak-anak kecil tersebut mencium tangan ibu mereka setiap pagi. Dan cahaya memancar atas wajah sang ibu Muslimah tersebut, juga dari wajah-wajah anak-anak kecil mereka. Juga aku melihat anak-anak kecil itu, selalu taat kepada ibu mereka dan selalu dalam kedamaian. Dan aku mengetahui banyak dari orang-orang Islam, bahwa tidak akan terbesit keinginan untuk membawa orang tua mereka ke panti jompo meski amat sangat tua. Maka aku menginginkan anakku belajar akhlak atau perangai dari Anda, agar anakku bisa berbuat kepadaku ketika aku telah tua, sebagaimana anak-anak kalian berbuat pada bapak-bapak dan ibu-ibu mereka.”
Kisah mengharukan ini menyentuh kita pada satu kebenaran yang sering dilupakan: bahwa akhlak yang baik adalah bahasa universal yang dipahami oleh hati siapa pun, tanpa memandang latar belakangnya. Terkadang, satu tindakan penuh kasih dari seorang anak kepada ibunya bisa menjadi jendela hidayah bagi banyak orang. Semoga kita semua dapat terus meneladani akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, karena dari sanalah cahaya Islam sejati akan bersinar, melembutkan hati, dan menyatukan manusia dalam cinta dan penghormatan yang tulus.
Alhamdulillah
BalasHapus