Rabu, 16 Juli 2025

Cahaya Akhlak yang Menembus Batas Keyakinan

Di tengah hiruk-pikuk zaman yang sering memisahkan nilai dari pendidikan, kisah berikut mengajarkan kepada kita bahwa cahaya akhlak yang murni mampu menembus batas agama, budaya, bahkan keyakinan. Seorang ibu non-Muslim di Paris memilih untuk mengirim anaknya ke masjid bukan karena ia ingin anaknya berpindah keyakinan, melainkan karena ia menyaksikan pancaran ketulusan, cinta, dan penghormatan anak-anak Muslim terhadap orang tua mereka. Ini adalah kisah yang membuktikan bahwa akhlak mulia tidak hanya menjadi identitas seorang Muslim sejati, tetapi juga menjadi dakwah paling lembut dan menggetarkan hati.

Seorang perempuan Kristen mengirim anaknya ke salah satu masjid di Paris untuk belajar akhlak bersama anak-anak orang-orang Islam.

Anak kecil tersebut masuk ke salah satu masjid di Paris dan berkata kepada sang imam masjid, “Ibuku telah mengirimku agar aku bisa belajar di tempat pendidikanmu ini.”

Sang imam pun tersenyum dan berkata kepada anak kecil tersebut, “Di mana ibumu agar kami memastikan kebenaran omonganmu ini.”

Sang anak berkata, “Dia berada di jalan luar, dia tidak bisa masuk, karena kami adalah keluarga Kristen dan kami bukanlah keluarga Islam.”

Maka sang imam-pun terperanjat dan keluar dengan cepat untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, dengan meminta keterangan dari sang ibu dari teka-teki yang aneh ini. Bagaimana mungkin ada orang-orang yang bukan Islam, mengutus anaknya agar belajar di masjid milik orang-orang Islam?

Maka berkata sang ibu kepada sang imam, “Aku memiliki tetangga perempuan Muslimah, dia memiliki anak-anak kecil. Aku melihat mereka, anak-anak kecil tersebut mencium tangan ibu mereka setiap pagi. Dan cahaya memancar atas wajah sang ibu Muslimah tersebut, juga dari wajah-wajah anak-anak kecil mereka. Juga aku melihat anak-anak kecil itu, selalu taat kepada ibu mereka dan selalu dalam kedamaian. Dan aku mengetahui banyak dari orang-orang Islam, bahwa tidak akan terbesit keinginan untuk membawa orang tua mereka ke panti jompo meski amat sangat tua. Maka aku menginginkan anakku belajar akhlak atau perangai dari Anda, agar anakku bisa berbuat kepadaku ketika aku telah tua, sebagaimana anak-anak kalian berbuat pada bapak-bapak dan ibu-ibu mereka.”

Kisah mengharukan ini menyentuh kita pada satu kebenaran yang sering dilupakan: bahwa akhlak yang baik adalah bahasa universal yang dipahami oleh hati siapa pun, tanpa memandang latar belakangnya. Terkadang, satu tindakan penuh kasih dari seorang anak kepada ibunya bisa menjadi jendela hidayah bagi banyak orang. Semoga kita semua dapat terus meneladani akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari, karena dari sanalah cahaya Islam sejati akan bersinar, melembutkan hati, dan menyatukan manusia dalam cinta dan penghormatan yang tulus.

1 komentar:

Berani Bermimpi Besar: Kunci untuk Hidup yang Lebih Bermakna

Dalam hidup ini, mimpi adalah bahan bakar utama yang menggerakkan langkah dan memberi arah pada tujuan. Mimpi membuat kita berani berharap...