Kisah nyata yang mengharukan dan penuh
hikmah datang dari Sultan Abdul Hamid. Suatu hari, pengawalnya yang dipanggil
dengan nama Basya mendatangi ruangan Sultan. Dia melaporkan bahwa ada seseorang
bernama Faisal yang mengaku bahwa Sultan berhutang kepadanya.
“Wahai Sultan Hamid, ada orang yang
mengaku bahwa engkau punya hutang kepadanya. Saya sudah panggil dia ke istana
dan memberinya sejumlah uang, tapi dia belum mau pergi juga,” kata Basya.
“Di mana dia?” tanya Sultan.
“Di depan pintu, wahai Sultan,” jawab
Basya.
“Biarkan dia masuk,” ujar Sultan.
Basya pun menyuruh penjaga agar Faisal
segera menghadap Sultan.
“Silahkan sampaikan keluhanmu!” kata
Basya kepada Faisal.
Dengan penuh takzim, Faisal berkata
kepada Sultan.
“Wahai Sultan, Anda punya hutang
kepadaku.”
Dengan tenang Sultan bertanya,
“Bagaimana dan sejak kapan saya berhutang kepadamu?”
“Sultan, aku adalah seorang pedagang.
Lalu aku bangkrut. Aku berhutang hingga hutangku mencekikku. Kemudian aku
berdoa kepada Allah setiap malam . . .”
Belum selesai Faisal bicara, Basya
langsung menyanggahnya.
“Faisal, Sultan bertanya padamu
bagaimana Sultan bisa berhutang padamu?” sanggah Basya.
Namun, Faisal tetap melanjutkan
ucapannya, “Seperti yang aku katakan tadi, aku berdoa kepada Allah setiap malam
sebelum tidur.”
“Dan kemarin, aku bertemu Nabi Muhammad
Saw. dalam mimpiku,” lanjut Faisal.
Sontak, Sultan dan Basya terkejut
mendengarnya.
“Shallallahu ‘alaihi wa sallam,”
ucap Sultan dan Basya sambil meletakkan tangan kanannya di dada.
“Wahai Sultan, beliau bersabda, katakan
pada Hamidku, bahwa ia biasanya bershalawat untukku setiap malam, tapi malam
kemarin ia lupa. Datangilah Sultan, dan katakan keperluanmu kepadanya,” tutur
Faisal.
Mendengar penjelasan Faisal, Sultan
langsung berdiri. Tampak wajahnya begitu terharu.
“Bagaimana sabda beliau?” tanya Sultan.
“Hamidku . . .” jawab Faisal.
Belum selesai dia melanjutkan, Sultan
mengisyaratkan Faisal untuk berhenti bicara. Sultan lalu membuka laci mejanya,
dan memberikan Faisal sekantong uang.
“Bagaimana sabda beliau?” tanya Sultan.
“Hamidku . . .” jawab Faisal.
Belum selesai dia melanjutkan, Sultan
kembali memotong dan mengambil sekantong uang, lalu diberikan kepada si
pedagang itu.
Sultan kembali bertanya, “Bagaimana
sabda beliau?”
Faisal menjawab, “Hamidku . . .”
Sultan lagi-lagi memberi isyarat kepada
Faisal untuk berhenti bicara dan kembali memberikan Faisal sekantong uang.
Melihat hal itu, Basya segera menegur
Faisal, “Wahai Faisal, tidakkah cukup apa yang Sultan telah berikan untukmu?”
Faisal yang sudah terlihat kerepotan
memegang 3 kantong uang, menjawab “Sudah cukup wahai Basya, aku akan segera
melunasi semua hutangku.”
Kedua mata Sultan Hamid pun mulai
berkaca-kaca.
“Semoga Allah merahmatimu,” kata Sultan
kepada Faisal yang langsung pamit dari istana.
“Wahai Sultan, hampir saja orang itu
menghabisi seluruh uangmu,” kata Basya.
“Apa yang kau katakan Basya, bila dia
meminta seluruh harta dan jabatanku, akan aku berikan seluruhnya untuk dia,”
kata Sultan sembari menangis.
Malam kemarin, lanjut Sultan, aku
bekerja hingga larut malam di meja kerja hingga aku tertidur dan lupa
bershalawat. Padahal aku selalu rutin bershalawat setiap malam.
Basya yang mendengar cerita Sultan, tidak sanggup menahan air matanya. Keduanya pun menangis tak kuasa menahan haru.
Kisah ini mengajarkan bahwa tak ada doa yang sia-sia, tak ada shalawat yang tak didengar, dan tak ada cinta kepada Rasulullah Saw. yang tak berbalas. Dari seorang Sultan yang menangis karena lupa bershalawat, hingga seorang pedagang yang mendapatkan jalan keluar dari kesulitan melalui mimpi, semuanya menunjukkan bahwa Allah selalu membuka jalan bagi hamba-Nya yang tulus. Semoga kisah ini menginspirasi kita untuk terus menjaga hubungan dengan Allah dan Rasul-Nya, serta menumbuhkan keyakinan bahwa pertolongan Allah bisa datang dari arah yang tak pernah kita duga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar