Rabu, 25 Juni 2025

Belajar untuk Mengajar, Mengajar untuk Terus Belajar

Dalam dunia pendidikan, proses belajar-mengajar seringkali dianggap sebagai relasi satu arah, guru sebagai sumber pengetahuan dan murid sebagai penerima pasif. Namun, Paulo Freire, filsuf pendidikan revolusioner asal Brasil, melalui salah satu ucapannya yang paling reflektif menyatakan, "Mereka yang mengajar harus terus belajar. Mereka yang belajar harus terus mengajar." Kalimat ini bukan sekadar nasihat, melainkan manifestasi dari semangat “pendidikan dialogis” yang ia usung dalam Pedagogy of the Oppressed. Freire mengajak kita melihat pendidikan sebagai proses yang hidup, saling menghidupi, dan terus berkembang melalui interaksi yang setara antara pengajar dan pembelajar.

Bagi Freire, seorang guru sejati tidak pernah berhenti menjadi murid. Dunia berubah, ilmu berkembang, dan konteks sosial terus bergerak. Maka, seorang pendidik tidak bisa berpuas diri dengan pengetahuan masa lalu. Ia harus senantiasa membuka diri terhadap pengalaman, wacana baru, serta masukan dari para peserta didiknya. Dalam proses ini, guru bukan hanya menyampaikan, tetapi juga menyerap, merenung, dan memperbarui diri. Inilah yang membuat proses pengajaran menjadi dinamis dan autentik, bukan sekadar rutinitas.

Sebaliknya, mereka yang belajar pun tidak bisa hanya pasif menerima. Proses belajar yang sejati melibatkan keberanian untuk bertanya, menanggapi, dan bahkan membagikan pemahaman kepada orang lain. Dalam sudut pandang Freire, setiap orang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang bernilai, dan proses belajar yang sesungguhnya terjadi ketika pengetahuan itu dikomunikasikan. Saat murid mulai mengajar (entah dengan menjelaskan kepada teman, menyampaikan gagasan, atau merefleksikan pembelajaran) maka proses pendewasaan intelektual dan emosional pun terjadi.

Ucapan Freire ini juga mendorong kita untuk melihat pendidikan sebagai ruang dialogis, bukan hierarkis. Guru dan murid adalah mitra dalam pencarian makna, bukan penguasa dan yang dikuasai. Ketika keduanya saling belajar dan saling mengajar, tumbuhlah komunitas yang sadar dan kritis, tempat setiap individu merasa dihargai dan berkontribusi. Relasi ini menumbuhkan kepercayaan, kolaborasi, dan rasa tanggung jawab bersama atas pengetahuan dan tindakan.

Pesan ini menyiratkan bahwa pendidikan sejati tidak pernah berakhir. Mengajar dan belajar adalah siklus yang menyatu dalam kehidupan manusia. Seorang guru yang terus belajar akan menjadi inspirasi, dan seorang murid yang belajar untuk mengajar akan menjadi agen perubahan. Dalam dunia yang penuh tantangan, hanya mereka yang terus menghidupi semangat belajar dan mengajar inilah yang akan mampu bertahan, berkembang, dan menerangi jalan bagi orang lain. Inilah esensi pendidikan yang memanusiakan, bukan sekadar mentransfer ilmu, tetapi menghidupkan jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menyambut Tahun Baru Hijriyah 1447 dengan Doa dan Harapan Baru

Tahun Baru Hijriyah 1447 adalah momen penting yang patut kita sambut dengan penuh syuk...