Kisah ini membawa kita
merenungi betapa seringnya manusia lalai terhadap nikmat dan harta berharga
yang telah Allah titipkan dalam hidupnya. Terkadang, karena kurangnya ilmu atau
perhatian, sesuatu yang seharusnya menyelamatkan justru diabaikan begitu saja.
Melalui kisah seorang wanita pengemis yang tidak menyadari nilai sebenarnya
dari apa yang dimilikinya, kita diajak untuk membuka mata hati dan pikiran agar
tidak mengulangi kesalahan serupa, terutama terhadap anugerah terbesar yang
telah Allah turunkan, yaitu Al-Qur’an.
Kita
janganlah seperti “wanita pengemis” ini yang setiap hari duduk mengemis di
depan pintu masjid. Imam masjid yang sering melihatnya bertanya, “Ibu, engkau
adalah wanita mulia, anakmu rajin ke masjid, lalu kenapa mengemis?” Wanita itu
menjawab, “Suamiku sudah wafat beberapa tahun yang lalu, satu-satunya anakku
sejak 8 bulan yang lalu pergi merantau. Anakku meninggalkan uang untukku, tapi
setelah uang itu habis, saya terpaksa mengemis.”
Imam
masjid bertanya, “Apakah anakmu tidak mengirimkan uang untukmu?” Wanita itu
menjawab, “Setiap bulan anakku mengirimkan aku ‘gambar warna-warni’, yang aku
tempelkan di dinding sebagai kenangan.”
Imam
masjid kemudian datang ke rumah wanita pengemis itu, dan Subhanallah
ternyata lembaran warna-warni yang dia tempelkan itu adalah uang dolar, wanita
tua itu TIDAK MENGERTI kalau itu adalah uang. Ada 8.000 dolar, karena anaknya
mengirimkan 1.000 dolar setiap bulannya. Imam masjid mengambil uang itu dan
menukarkannya, lalu menyerahkannya kepada wanita itu. Sejak saat itu, wanita
tua tersebut tidak pernah lagi duduk mengemis di pintu masjid.
Kisah wanita ini hampir sama dengan sebagian kita. Kita memiliki Al-Qur’an (Kitabullah) pedoman hidup, sesuatu yang sangat berharga, pelindung kita, penyembuh kita, tetapi kita tidak tahu membacanya, tidak mengerti isinya, tidak paham bahwa ia adalah segalanya. Al-Qur’an hanya menjadi penghias lemari, atau kaligrafi yang ditempelkan di dinding, lalu kita mengemis ke timur dan ke barat, mencari pedoman hidup, padahal di tengah-tengah kita ada sesuatu yang sangat berharga, ada Al-Qur’an proteksi kita.
Seperti wanita itu yang tidak menyadari bahwa dirinya duduk di atas kekayaan, kita pun sering tidak sadar bahwa dalam genggaman kita terdapat Al-Qur’an, petunjuk hidup dari Tuhan semesta alam. Namun, karena tidak membacanya, tidak memahaminya, dan tidak mengamalkannya, kita menjadi miskin arah dan gersang jiwa. Maka, mari kita ubah cara pandang dan sikap kita terhadap Al-Qur’an: bukan sekadar simbol atau hiasan, melainkan sebagai sahabat harian yang menuntun, menenangkan, dan menyelamatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar