Jumat, 06 Juni 2025

Idul Adha: Makna Pengorbanan, Keikhlasan, dan Rahmat Ilahi

Hari Raya Idul Adha adalah salah satu hari besar dalam Islam yang diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah, bulan terakhir dalam kalender Hijriyah. Hari ini dikenal juga sebagai Hari Raya Kurban, di mana umat Muslim di seluruh dunia merayakannya dengan melaksanakan ibadah kurban berupa penyembelihan hewan sebagai bentuk pengorbanan dan ketaatan kepada Allah. Idul Adha tidak hanya sekadar tradisi ritual, melainkan juga memiliki makna spiritual yang sangat dalam, yang mengingatkan umat Islam akan nilai pengorbanan, kepasrahan, dan keikhlasan dalam menjalankan perintah Allah.

Makna Idul Adha sangat erat kaitannya dengan kisah Nabi Ibrahim as., yang diuji oleh Allah dengan perintah menyembelih putranya, Ismail as. Kisah ini menjadi simbol tertinggi dari ketaatan dan pengorbanan seorang hamba kepada Tuhannya. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 102-107:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ فَلَمَّآ اَسْلَمَا وَتَلَّهٗ لِلْجَبِيْنِۚ وَنَادَيْنٰهُ اَنْ يّٰٓاِبْرٰهِيْمُ ۙ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّءْيَا ۚاِنَّا كَذٰلِكَ نَجْزِى الْمُحْسِنِيْنَ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ

“Ketika anak itu sampai pada (umur) ia sanggup bekerja bersamanya, ia (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku, sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah apa pendapatmu?” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu! Insyaallah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang sabar.” Ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) meletakkan pelipis anaknya di atas gundukan (untuk melaksanakan perintah Allah), Kami memanggil dia, “Wahai Ibrahim, sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar.”

Ayat ini menggambarkan bagaimana Allah menggantikan Ismail dengan seekor hewan kurban, sebagai tanda bahwa pengorbanan yang tulus dan kepasrahan hati mendapat ridha dan rahmat dari Allah. Peristiwa itu menjadi dasar disyariatkannya penyembelihan hewan kurban pada Hari Raya Idul Adha.

Dalam hadis Nabi Muhammad Saw. juga dijelaskan keutamaan dan hikmah dari pelaksanaan Idul Adha dan kurban. Rasulullah bersabda,

مَنْ كَانَ لَهُ سَعَةٌ وَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا.

"Barang siapa memiliki kemampuan untuk berkurban namun tidak melaksanakannya, janganlah ia mendekati tempat shalat kami." (HR. Abu Dawud).

Hadis ini menegaskan betapa pentingnya ibadah kurban sebagai wujud nyata pengabdian kepada Allah dan kepedulian terhadap sesama, terutama mereka yang membutuhkan. Melalui kurban, umat Islam diajak untuk berbagi rezeki dan mempererat tali persaudaraan.

Idul Adha juga mengandung pesan moral yang sangat berharga, yaitu mengajarkan kita untuk selalu siap berkorban demi kebaikan yang lebih besar. Pengorbanan dalam kehidupan bukan hanya soal materi atau fisik, tapi juga pengorbanan waktu, tenaga, dan bahkan ego demi menjaga keimanan dan kebaikan bersama. Semangat inilah yang menjadi inti dari Hari Raya Idul Adha, di mana setiap Muslim diajak untuk meneladani keteguhan Nabi Ibrahim as. dalam taat kepada Allah tanpa ragu.

Selain kurban, Idul Adha juga dirayakan dengan melaksanakan shalat Id yang memiliki keutamaan tersendiri. Shalat Idul Adha diselenggarakan pada pagi hari setelah terbit matahari dan dihadiri oleh seluruh umat Muslim secara berjamaah, baik di masjid maupun lapangan terbuka. Shalat ini memperkuat ukhuwah Islamiyah dan menjadi momen kebersamaan umat dalam menyambut hari kemenangan dan pengorbanan.

Lebih jauh, Idul Adha mengajarkan pentingnya keikhlasan dalam setiap amal perbuatan. Ketika kita berkurban, bukan sekadar memenuhi kewajiban, melainkan juga sebagai wujud penghambaan yang tulus kepada Allah. Keikhlasan inilah yang akan menjadikan amal kita diterima dan membawa berkah bagi diri sendiri serta orang lain. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Bayyinah ayat 5:

وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ

Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan/memurnikan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istiqamah), melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).”

Di sisi lain, Idul Adha juga menjadi momentum untuk memperkuat rasa empati dan kepedulian sosial. Dengan berbagi daging kurban kepada fakir miskin, kaum dhuafa, dan tetangga, umat Muslim diajak untuk saling membantu dan mengurangi kesenjangan sosial. Ini menunjukkan bahwa kurban tidak hanya memberi manfaat duniawi, tapi juga pahalanya terus mengalir sebagai sedekah jariyah.

Terakhir, Hari Raya Idul Adha adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan diri, memperbarui niat dan semangat dalam menjalani kehidupan beragama. Idul Adha mengingatkan kita bahwa hidup yang penuh makna adalah hidup yang dipenuhi dengan ibadah, pengorbanan, dan penghambaan kepada Allah Swt. Dengan menjalankan ibadah Idul Adha dan kurban secara sungguh-sungguh, kita berharap menjadi insan yang selalu dekat dan dicintai oleh Allah, serta mampu menebarkan kasih sayang kepada sesama manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berani Bermimpi Besar: Kunci untuk Hidup yang Lebih Bermakna

Dalam hidup ini, mimpi adalah bahan bakar utama yang menggerakkan langkah dan memberi arah pada tujuan. Mimpi membuat kita berani berharap...