Dalam dunia yang terus berubah
dan penuh tantangan, pendidikan sering disebut-sebut sebagai kunci untuk
menciptakan masa depan yang lebih baik. Namun, dalam kutipan terkenalnya, Paulo
Freire (filsuf pendidikan asal Brasil dan penulis buku Pedagogy of the
Oppressed) mengatakan, "Pendidikan tidak mengubah dunia. Pendidikan
mengubah orang, dan oranglah yang mengubah dunia." Ucapan ini
mengandung makna mendalam bahwa pendidikan bukanlah sihir instan yang secara
langsung mengubah struktur sosial atau politik, melainkan sebuah proses
transformasi personal yang menyiapkan individu untuk menjadi agen perubahan
sejati.
Freire menegaskan bahwa
kekuatan pendidikan terletak pada kemampuannya membangkitkan kesadaran kritis.
Pendidikan yang sejati bukan hanya mentransfer pengetahuan, tetapi
membangkitkan keberanian untuk bertanya, berpikir, dan bertindak. Ketika
seseorang memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang realitas dirinya dan
lingkungannya, maka ia tidak lagi menjadi korban keadaan, melainkan subjek
aktif yang mampu memilih dan menciptakan perubahan. Di sinilah pendidikan
menemukan dampak nyatanya, bukan dalam gedung-gedung megah atau kurikulum
kompleks, melainkan dalam jiwa-jiwa yang tercerahkan.
Perubahan besar dalam sejarah
selalu dimulai dari orang-orang yang berpikir secara berbeda. Mereka adalah
hasil dari proses pendidikan (baik formal maupun informal) yang mendorong
mereka untuk mempertanyakan status quo dan memperjuangkan keadilan.
Nelson Mandela, Malala Yousafzai, Ki Hajar Dewantara, dan banyak tokoh
perubahan lainnya adalah bukti nyata bahwa satu orang yang tercerahkan bisa
memicu gerakan besar. Mereka tidak hanya "terdidik" dalam arti
akademik, tetapi juga memiliki kesadaran sosial dan moral untuk mengabdi pada
sesama manusia.
Pesan Freire juga menjadi refleksi bagi para pendidik: tugas utama pendidikan bukan hanya menghasilkan lulusan cerdas, tetapi membentuk manusia yang sadar, berempati, dan bertanggung jawab. Guru bukan sekadar penyampai materi, tetapi fasilitator pertumbuhan kesadaran dan nilai. Maka, pendidikan bukan hanya soal nilai rapor, tetapi lebih ke nilai kehidupan. Dalam dunia yang semakin kompleks dan terpolarisasi, kebutuhan akan pendidikan yang membentuk manusia seutuhnya (yang berpikir kritis sekaligus bertindak penuh kasih) menjadi sangat mendesak.
Kutipan Freire mengajarkan kita bahwa perubahan sejati berakar dari dalam diri manusia. Dunia tidak berubah hanya karena undang-undang atau teknologi baru, tetapi karena adanya manusia-manusia yang tergerak untuk memperbaiki keadaan. Pendidikan yang transformatif adalah benih bagi lahirnya pribadi-pribadi semacam itu. Maka, setiap proses belajar bukan hanya peluang untuk mengetahui lebih banyak, tetapi untuk menjadi lebih baik, karena ketika seseorang berubah, dunia pun ikut berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar