Minggu, 12 Februari 2023

KONSEP BUKU NON FIKSI

Menarik sekali tema pembahasan “Konsep Buku Non Fiksi” pada Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) gelombang 28 pada hari Rabu, 8 Februari 2023 pada pukul 19.00 WIB bersama narasumber hebat Ibu Musiin, M.Pd dan moderator keren Ibu Yandri Novita Sari, S.Pd.

Fiksi dan non fiksi tentu dua hal yang berbeda. Perbedaan buku fiksi dan non fiksi di antaranya bisa ditinjau dari bagian isi buku. Buku fiksi ditulis berdasarkan imajinasi, sehingga isi dari jenis buku ini lebih banyak cerita yang menghibur dan membangkitkan emosi. Sedangkan non fiksi adalah suatu karangan yang isinya bukanlah imajinasi tetapi merupakan suatu karya seni yang faktual atau mengandung kebenaran.

Moderator mengawali pertemuan dengan mengatakan bahwa kepintaran dalam mengemas isi buku tentu menjadi poin penting, bertujuan agar buku yang dihasilkan menjadi bermakna di setiap lembarannya. Jika kita berbicara tentang buku, maka penulis harus mengetahui bagaimana konsep buku yang akan ditulis.

Selain memiliki tujuan dan manfaat, konsep buku juga menjadi strong why penulis agar karya buku yang sedang digarap bisa tuntas baik berupa buku fiksi maupun buku non fiksi. jadi bagi seorang penulis mengetahui konsep buku sangat penting karena berkaitan dengan pola yang akan memudahkan proses penulisan buku. Hal ini juga agar penulis terhindar dari kemandekan ide atau bahasa kerennya terhindar dari virus writer’s block.

Selanjutnya moderator memperkenalkan narasumber yang hebat yaitu Ibu Musiin, M.Pd yang akrab dipanggil Bu Iin, seorang guru bahasa Inggris di SMPN 1 Tarokan Kediri Jawa Timur. Bu Iin juga merupakan peserta KBMN gelombang 8 yang berhasil duet dengan Prof. Eko Indrajit. Karya buku mayor beliau berjudul “Literasi Digital Nusantara; Meningkatkan Daya Saing Generasi Muda Melalui Literasi”. Selain menjadi penulis, beliau juga founder organisasi swadaya masyarakat YAPSI dan juga founder PT In Jaya. Kemudian juga tidak kalah hebatnya, alumnus IKIP Negeri Malang ini juga berhasil menempuh Short Course di SEAMEO RELC di Singapura pada tahun 2015.

Pada awal paparannya, narasumber mengajak peserta untuk mengisi polling:

Narasumber menjelaskan pengertian tulisan non fiksi yaitu tulisan yang bersifat objektif dan berbasis data dan fakta. Tulisan yang memberikan informasi tentang fenomena-fenomena aktual yang terjadi yang dapat dibuktikan sumber kebenarannya dengan empirik. Bahasa yang digunakan juga bersifat denotatif atau apa adanya.

Narasumber berkisah bahwa ia tidak pernah bermimpi untuk bisa menulis buku, namun ternyata kelas menulis Omjay menjadi pembuktian bahwa TIDAK ADA YANG TIDAK MUNGKIN. Kata Prof Rhenald Kasali, kalau kita berpikir secara opportunity based, kita akan selalu yakin ada pintu di tengah tembok rintangan. Seperti nasihat Omjay “Menulislah setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi”.

Narasumber telah berhasil mengalahkan ketakutan dari dirinya sendiri. Ketakutan itu ternyata merendahkan potensinya untuk menulis. Narasumber yakin bahwa para peserta KBMN gelombang 28 ini pasti juga mampu menjadi PEMENANG DENGAN MENERBITKAN TIDAK HANYA 1 buku namun puluhan buku. Ketakutan yang dirasakan oleh narasumber ketika menulis buku di antaranya: 1) Takut tidak ada yang membaca; 2) Takut salah dalam menyampaikan pendapat melalui tulisan; 3) Merasa karya orang lain lebih bagus.

Berikutnya dijelaskan bahwa dalam penulisan buku non fiksi ada 3 pola yakni:

1. Pola Hierarkis (buku disusun berdasarkan tahapan dari mudah ke sulit atau dari sederhana ke rumit). Contoh: Buku Pelajaran.

2.    Pola Prosedural (buku disusun berdasarkan urutan proses). Contoh: Buku Panduan.

3. Pola Klaster (buku disusun secara poin per-poin atau butir per-butir. Pola ini diterapkan pada buku-buku kumpulan tulisan atau kumpulan bab yang dalam hal ini antar bab setara).

Selanjutnya dalam proses penulisan buku non fiksi terdiri dari 5 langkah, yakni:

1.    Pratulis. Langkah ini ditempuh dengan:

a.    Menentukan tema. Tema bisa ditentukan satu saja dalam sebuah buku. Tema dari buku non fiksi adalah parenting, pendidikan, motivasi, dan lain-lain.

Sebelum menentukan tema ini perlu kiranya penulis melihat trending topic sebagai salah satu inspirasi tema tulisan. Contoh trending topic yang berhubungan dengan Materi platform Merdeka Mengajar: 1) Merdeka Belajar; 2) Kurikulum Merdeka; 3) Perencanaan Pembelajaran; 4) Asesmen; 5) P5; 6) Profil Pelajar Pancasila; 7) Penyesuaian Pembelajaran dengan Kebutuhan dan Karakteristik Murid; 8) Perencanaan Untuk Perbaikan Satuan Pendidikan; 9) Rapor Pendidikan Sebagai Sumber Data Perencanaan; 10) Disiplin Positif.

Untuk mengetahui suatu topik menarik atau tidak, kita bisa mengecek di Google Trends dan membandingkan trend antar topik di dalamnya.

b.  Menemukan ide. Untuk melanjutkan dari tema menjadi sebuah ide yang menarik, penulis bisa mendapatkan dari berbagai hal, contohnya: pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, berita di media massa, status Facebook/Twitter/Whatsapp/Instragram, imajinasi, mengamati lingkungan, perenungan, membaca buku, survey, wawancara, dan lain sebagainya. Artinya, kita tidak akan bisa menulis dengan bagus, jika kita tidak pernah membaca dan mengupdate pengetahuan kita.

c. Merencanakan jenis tulisan. Teknik menulis dilakukan agar tulisan yang dihasilkan mampu menyampaikan pesan kepada pembaca. Jenis tulisan yang dipilih bisa berupa eksposisi (mengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan), deskripsi (gambaran verbal ihwal manusia, objek, penampilan, pemandangan, atau kejadian), argumentasi (membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran dari sebuah pernyataan), dan narasi (menceritakan rangkaian peristiwa atau kejadian secara kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi).

d. Mengumpulkan bahan tulisan. Apa sajakah yang bisa disebut bahan tulisan? Yang bisa dikategorikan sebagai bahan tulisan adalah fakta, peristiwa, gagasan, lamunan, keinginan, angan-angan (khayalan), dan lain-lain. Bahan-bahan tulisan tersebut bisa dikumpulkan dengan pengamatan, penelitian dan keterlibatan langsung terhadap objek. Bisa pula dengan mewawancarai sumber bahan atau investigasi.

e. Bertukar pikiran. Setiap manusia tidak bisa memahami semua hal dalam hidupnya. Untuk itu, manusia perlu saling bertukar pikiran agar bisa mengomunikasikan beragam jalan pikirannya. Ide yang dipendam sendiri dan tidak dikolaborasikan dengan ide orang lain, maka bisa jadi hanya mentok sebagai ide yang kurang berdampak. Oleh sebab itu, kita harus meluapkan ide kita lewat bertukar pikiran dengan seseorang.

f.  Menyusun daftar. Hal ini bisa dilakukan dengan menentukan tema yang akan ditulis, mencari informasi dari berbagai sumber, dan mengembangkan tema yang sudah dipilih.

g. Meriset. Riset di sini adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data dan informasi yang relevan untuk bahan tulisan, dan berguna untuk mendukung, memperkuat, dan memperkaya tulisan kita.

h. Membuat mind mapping (sebuah cara dengan mengelompokkan beberapa ide dalam bentuk kerangka yang terstruktur untuk membantu mengingat atau menganalisis sebuah masalah). Dengan menggunakan mind mapping penulis juga bisa mendapatkan beberapa manfaat, seperti: membantu memahami konsep-konsep baru, menemukan ide-ide kreatif, membantu dalam melakukan presentasi, dan memudahkan dalam merumuskan masalah.

i.  Menyusun kerangka. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk acuan dan pengontrol agar tulisan tersebut terarah dan tidak meluas. Kerangka tulisan dapat menjadi acuan dan pengontrol tulisan karena kerangka tulisan berisi pokok-pokok bahasan yang akan ditulis.

2.  Menulis Draf. Hal ini dilakukan dengan menuangkan konsep tulisan ke tulisan dengan prinsip bebas, dan juga tidak mementingkan kesempurnaan tetapi lebih pada bagaimana ide dituliskan.

Bagi penulis perlu juga mengetahui anatomi buku non fiksi, yaitu:

a.    Halaman Judul.

b.    Halaman Persembahan (OPSIONAL).

c.    Halaman Daftar Isi.

d.   Halaman Kata Pengantar (OPSIONAL, minta kepada tokoh yang berpengaruh).

e.    Halaman Prakata.

f.     Halaman Ucapan Terima Kasih (OPSIONAL).

g.    Bagian/Bab.

h.    Halaman Lampiran (OPSIONAL).

i.      Halaman Glosarium.

j.      Halaman Daftar Pustaka.

k.    Halaman Indeks.

l.      Halaman Tentang Penulis.

3.  Merevisi Draf. Hal ini dilakukan dengan merevisi sistematika/struktur tulisan dan penyajian, serta memeriksa gambaran besar dari naskah.

4.  Menyunting Naskah (KBBI & PUEBI). Hal ini dilakukan dengan melihat dan meneliti kembali ejaan, tata bahasa, diksi, data dan fakta, serta legalitas dan norma.

5.  Menerbitkan. Hal ini dilakukan tentunya setelah naskah disiapkan, penerbit telah ditentukan, desain cover buku dan lay-out diselesaikan, modal (jika diperlukan) disiapkan, legalisasi ISBN telah diuruskan, dan harga cetak/jual telah dirumuskan.

        Akhirnya, sebagai seorang penulis kita dituntut untuk bisa mengetahui dan memahami dengan baik konsep menulis buku non fiksi dan hal-hal lain yang berkaitan dengannya. Untuk menghasilkan sebuah buku yang bermutu dan berkualitas kiranya konsep dan langkah-langkah yang telah disebutkan bisa menjadi pedoman/panduan sebelum menerbitkan buku atau karya lainnya. Selamat menulis!


2 komentar:

Memaknai Filosofi Haul ke-4 Guru Mulia KH. M. Basori Alwi Murtadho

  Ada empat poin penting dalam memaknai filosofi logo peringatan haul ke-4 guru mulia KH. M. Basori Alwi Murtadho yaitu angka 4, kubah, p...