Jumat, 24 Februari 2023

MENULIS PUISI

 

Pada hari Rabu, 15 Februari 2023 Kelas Belajar Menulis Nusantara (KBMN) gelombang 28 memasuki pertemuan ke-17. Tema pada pertemuan ini tentang “Menulis Puisi” dengan menghadirkan narasumber hebat Ibu Dr. Hj. E. Hasanah, M.Pd dan ditemani moderator keren Bapak Sim Chung Wei, SP.

Dalam pengantarnya sebelum masuk ke inti acara dan menggugah semangat dan motivasi peserta, moderator menyampaikan satu pantun:

Malam-malam ke pasar baru

Bertemu Abang Polisi

Malam ini dapat materi baru

Bagaimana menulis puisi

Mengawali paparan materinya, narasumber Ibu Dr. Hj. E. Hasanah, M.Pd memperkenalkan diri bahwa beliau lulusan KBMN gelombang 18. Narasumber kemudian menjelaskan pengertian puisi menurut KBBI yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Dalam definisi lain disebutkan bahwa puisi adalah suatu karya sastra tertulis yang berisi ungkapan perasaan seorang penyair dengan menggunakan bahasa secara semantis. Sementara definisi puisi menurut H.B. Jassin adalah suatu karya sastra yang diucapkan dengan perasaan dan memiliki gagasan atau pikiran serta tanggapan terhadap suatu hal atau kejadian tertentu.

Adapun struktur fisik puisi (unsur wujud) terdiri dari:

1.    Bentuk. Berbentuk baris – bait.

2.    Diksi. Pemilihan kata indah dan memiliki kekuatan makna.

3.    Majas. Bahasa kias untuk mengungkapkan isi hati penyair.

4.    Rima. Persamaan bunyi di baris/akhir baris untuk memunculkan keindahan bunyi.

Meskipun secara kebahasaan puisi memiliki beragam jenis, tetapi pada umumnya puisi dibagi menjadi tiga jenis, di mana setiap jenisnya memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu dengan yang lain:

a.    Puisi Lama

Puisi lama merupakan puisi-puisi yang dihasilkan sebelum abad ke-20. Sehingga puisi ini cenderung memiliki aturan dan bermakna yang sering digunakan saat upacara adat.

Beberapa jenis puisi yang termasuk kategori puisi lama misalnya:

1.  Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, setiap bait terdiri dari 4 baris, dan di tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, sedangkan 2 baris berikutnya sebagai isi.

Contoh: pantun nasihat.

Sungguh elok emas permata

Lagi elok intan baiduri

Sungguh elok budi bahasa

Jika dihias akhlak terpuji

2.    Talibun yaitu pantun genap yang setiap barisnya terdiri dari 6, 8 atau 10 baris.

Contoh:

Anak orang di padang tarap

Pergi berjalan ke kebun bunga

Hendak ke pekan hari tiap senja

Di sana sirih kami kerekap

Meskipun daunnya berupa

Namun rasanya berlain juga

3.  Syair adalah puisi lama yang tiap bait terdiri atas empat larik yang berakhir dengan bunyi yang sama.

Contoh:

Janganlah engkau berbuat maksiat

Janganlah engkau berbuat jahat

Segeralah engkau bertaubat

Agar selamat dunia akhirat

4.    Gurindam yaitu sajak yang terdiri dari dua baris yang berisi petuah atau nasihat.

Contoh:

Apabila janji tidak ditepati

Orang tak percaya sampai mati

Ciri-ciri Puisi Lama:

1.    Tidak diketahui nama pengarangnya.

2.    Penyampaian dari mulut ke mulut yang merupakan sastra lisan.

3.    Sangat terikat akan aturan misalnya jumlah baris di tiap bait.

b.   Puisi Baru

Puisi baru merupakan karya sastra berisi ungkapan perasaan serta pikiran dengan menggunakan bahasa yang memperhatikan irama, mantra, penyusunan lirik hingga makna dalam puisi tersebut.

Ciri-ciri Puisi Baru:

1.    Memiliki bentuk yang rapi dan simetris (sama).

2.    Persajakan akhir yang teratur.

3.    Menggunakan pola sajak pantun dan syair walaupun dengan pola yang lain.

4.    Sebagian besar puisi empat seuntai (baris).

Jenis Puisi Baru:

1.    Balada yaitu puisi berisi kisah/cerita.

2.  Himne adalah puisi pujaan untuk menghormati tuhan, seorang pahlawan, atau tanah air.

3.  Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi bersifat menyanjung terhadap pribadi tertentu.

4.    Epigram yaitu puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.

5.    Romansa adalah puisi yang berisi luapan cinta kasih.

6.    Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.

7.    Satire yaitu puisi yang berisi sindiran/kritik.

c.    Puisi Kontemporer

Puisi kontemporer adalah puisi yang selalu berusaha menyesuaikan perkembangan zaman. Dengan kata lain puisi kontemporer keluar dari ikatan konvensional.

Untuk lebih mendalami tema pembahasan ini, kiranya perlu ditampilkan 3 pertanyaan dan jawaban terkait tema tentang puisi ini:

1.    Pertanyaan dari Ibu Endang Ratna Juwita (Bogor):

a.    Bagaimana cara menulis puisi yang baik dan benar?

Jawaban narasumber, “Cara menulis yang baik yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang disebutkan di atas, misalnya memperhatikan diksi, rima, irama, larik, bait dan lainnya sesuai dengan jenisnya”.

b.  Bagaimana cara mencari istilah atau kata-kata kiasan yang bisa kita pakai untuk membuat puisi agar terdengar lebih tersentuh?

Jawaban narasumber, “Cara mencari istilah/kata kiasan itu dengan banyak membaca dan bisa buka kamus diksi”.

2.    Pertanyaan dari Bapak Evridus Mangung:

a.  Dalam struktur fisik puisi (unsur wujud puisi disebutkan salah satu poin yaitu tentang diksi). Bagaimana cara untuk memilih kata-kata indah dan memiliki kekuatan makna?

Jawaban narasumber, “Diksi itu pilihan kata-kata yang akan kita gunakan dalam puisi. Hasil pemilihan secara cermat dengan pertimbangan makna, susunan bunyi, ataupun hubungan kata itu dengan kata-kata lainnya dalam larik atau bait”.

3.    Pertanyaan dari Ibu Samsinar (Jakarta):

a.   Dalam membuat puisi kita harus memperhatikan nilai estetik dan diksi dalam puisi agar indah dan enak dibaca. Bagaimana cara/tips dalam menentukan diksi yang tepat dalam puisi?

Jawaban narasumber, “Cara menentukan diksi yang tepat dalam puisi itu harus memperhatikan ketepatan kata dengan maknanya, kebenaran, kecermatan, keserasian kata, dan kelaziman digunakan dalam puisi. Sebenarnya diksi yang tepat itu ya kata yang sesuai dan mengikuti kaidah bahasa”.

    Narasumber juga menegaskan bahwa sebetulnya menulis puisi itu sekarang mengikuti perkembangan dan perubahan bentuk dan isi sesuai perkembangan selera. Apalagi untuk pemula, nulis saja menggunakan kata-kata atau diksi yang enak di hati. Penekanan pada segi estetika dan penggunaan diksi, rima, majas itu akan mempengaruhi keindahan puisinya. Selamat berpuisi!


4 komentar:

Memaknai Filosofi Haul ke-4 Guru Mulia KH. M. Basori Alwi Murtadho

  Ada empat poin penting dalam memaknai filosofi logo peringatan haul ke-4 guru mulia KH. M. Basori Alwi Murtadho yaitu angka 4, kubah, p...