Kalam
hikmah Syeikh Ahmad ath-Thayyib, “Semua hati bisa berubah oleh waktu,
kecuali hati seorang ibu dan guru. Sesungguhnya mereka adalah dua surga
selamanya,” menyampaikan pesan mendalam tentang keistimewaan kasih sayang
dan pengabdian dari seorang ibu dan guru. Hati seorang ibu adalah lambang cinta
yang tak bertepi. Ia memberikan segalanya, bahkan hidupnya, demi anak-anaknya
tanpa pamrih. Sementara hati seorang guru melambangkan pengorbanan intelektual
dan spiritual untuk mencetak generasi yang berilmu dan beradab. Kedua hati ini,
menurut Syeikh Ahmad ath-Thayyib, memiliki keistimewaan karena tidak tergerus
oleh waktu atau keadaan.
Seorang
ibu adalah wujud nyata dari cinta tanpa syarat. Dalam Islam, ibu memiliki
kedudukan yang begitu mulia, sebagaimana Rasulullah Saw. bersabda bahwa surga
berada di bawah telapak kakinya. Ibu tidak hanya melahirkan dan merawat anak,
tetapi juga menanamkan nilai-nilai kehidupan dan agama. Cintanya kepada
anak-anaknya adalah refleksi dari rahmat Allah Swt. yang tidak mengenal batas.
Waktu mungkin mengubah rupa dan usia seorang ibu, tetapi cintanya tetap abadi,
mengalir sepanjang hidup anak-anaknya.
Sementara
itu, seorang guru memiliki peran yang tidak kalah penting. Ia adalah pembuka
pintu ilmu dan cahaya yang menerangi kegelapan kebodohan. Guru tidak hanya
mengajarkan pengetahuan, tetapi juga membimbing murid-muridnya untuk menemukan
jalan hidup yang benar. Hati seorang guru adalah surga karena ia rela
mencurahkan tenaga, waktu, dan pikiran untuk mendidik tanpa mengharapkan
imbalan duniawi. Ikhlasnya seorang guru mencerminkan keagungan hati yang terus
memberi meskipun mungkin tidak selalu dihargai.
Keistimewaan
hati ibu dan guru terletak pada ketulusan mereka yang melampaui segala kondisi.
Dalam kehidupan ini, banyak hati yang berubah karena pengaruh waktu, situasi,
atau hubungan. Namun, hati seorang ibu dan guru tetap konsisten mencintai dan
mengasihi, bahkan saat mereka tidak lagi mendapat balasan yang setimpal. Cinta
seorang ibu tetap memaafkan meski anaknya melakukan kesalahan. Begitu pula
guru, yang dengan sabar terus membimbing meskipun muridnya sulit memahami atau
kadang kurang menghormati.
Pernyataan “dua surga selamanya” menegaskan bahwa keduanya adalah anugerah Allah yang tidak ternilai bagi kehidupan manusia. Dengan ibu, seorang anak belajar tentang cinta, keikhlasan, dan pengorbanan. Dengan guru, seorang murid memahami nilai ilmu, etika, dan kebenaran. Mereka berdua adalah wasilah bagi manusia untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Oleh sebab itu, keduanya harus dihormati dan dimuliakan sebagaimana perintah agama.
Kalam hikmah ini mengajarkan kita untuk tidak pernah melupakan jasa ibu dan guru. Dalam perjalanan hidup, keduanya adalah pilar utama yang membentuk kepribadian dan masa depan kita. Dengan menghormati dan mendoakan mereka, kita tidak hanya berterima kasih atas segala yang telah mereka berikan, tetapi juga menjaga keberkahan dalam hidup kita. Semoga kita senantiasa diberikan kekuatan untuk mencintai dan menghormati ibu dan guru, dua hati mulia yang menjadi surga bagi kehidupan kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar