Rabu, 15 Januari 2025

Ikhlas dalam Mengajar: Menerima dengan Lapang Dada, Menyebarkan Ilmu dengan Tulus

Nasihat Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho yang menyatakan, “Ojo arep-arep, tapi lek dikek-i arep (jangan berharap, tapi kalau diberi ya diterima saja)” mengandung makna mendalam tentang sikap hati yang harus dimiliki dalam segala aspek kehidupan, termasuk ketika mengajar. Secara sederhana, beliau mengajarkan untuk tidak terlalu mengandalkan atau menggantungkan harapan pada hasil atau balasan dari usaha yang kita lakukan. Dalam konteks mengajar, ini berarti seorang guru sebaiknya tidak mengajar dengan tujuan semata-mata untuk mendapatkan penghargaan atau pujian, tetapi lebih pada niat tulus untuk berbagi ilmu dan mendidik anak-anak agar mereka mendapatkan manfaat.

Hal ini mengajarkan kita tentang pentingnya keikhlasan dalam setiap tindakan. Guru yang mengajar bukanlah untuk mencari pengakuan atau balasan materi, melainkan untuk mendidik dengan penuh cinta dan rasa tanggung jawab. Jika harapan tidak sesuai dengan kenyataan, maka kita harus mampu menerima dengan lapang dada, karena pada akhirnya, hasil dari apa yang diajarkan akan tergantung pada takdir Allah. Kesabaran dan keikhlasan adalah kunci dalam menjaga niat tetap murni.

Selain itu, nasihat ini juga mengajarkan kita untuk tidak terjebak dalam ekspektasi yang berlebihan. Ketika seseorang mengajar dengan harapan yang terlalu tinggi terhadap murid atau balasan yang tidak sesuai harapan, ia bisa merasa kecewa atau frustrasi. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho mengingatkan agar kita tetap fokus pada niat dan proses, karena dalam mengajar yang paling penting adalah membimbing dengan penuh perhatian dan memberikan yang terbaik. Sementara hasilnya, kita serahkan sepenuhnya kepada Allah.

Sikap tidak berharap terlalu banyak juga menunjukkan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan. Ketika mengajar, seorang guru harus sadar bahwa tidak semua murid dapat langsung menerima dan mengaplikasikan ilmu dengan cepat. Setiap individu memiliki proses belajar yang berbeda, dan kadang-kadang, apa yang kita ajarkan mungkin baru akan terwujud manfaatnya di masa depan. Oleh karena itu, keikhlasan dalam mengajar tanpa mengharapkan hasil langsung adalah bagian dari kesabaran dan keteguhan hati.

Nasihat ini juga relevan dalam konteks kehidupan sehari-hari, di mana kita sering kali terjebak dalam impian atau ambisi yang tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Almaghfurlah KH. M. Basori Alwi Murtadho mengajarkan bahwa menerima apa yang diberikan dengan hati yang ikhlas adalah cara untuk tetap damai dan fokus pada tujuan yang lebih tinggi. Ketika kita tidak terbebani oleh harapan yang berlebihan, kita bisa lebih mudah bersyukur atas apa yang sudah ada dan terus berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap langkah kehidupan.

Pada akhirnya, nasihat ini mengajak kita untuk memiliki sikap tawakal dan berserah diri kepada Allah dalam setiap usaha yang kita lakukan, terutama dalam mengajar. Ketika kita mengajar dengan niat yang tulus, tanpa terlalu berharap pada pujian atau balasan, kita akan menemukan kedamaian dalam proses tersebut. Keberhasilan sejati dalam mengajar bukan diukur dari hasil yang langsung, tetapi dari kemampuan kita untuk memberikan yang terbaik dengan ikhlas, dan Allah akan memberi balasan yang lebih indah dari yang kita harapkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Meraih Mimpi dengan Doa dan Kasih Sayang

Ungkapan " Teruslah meraih mimpi, tetapi jangan lupakan Tuhan dan orang tua ...