Jumat, 08 Agustus 2025

Menulis Amal Kehidupan: Membuat Catatan Indah untuk Dibaca di Hari Akhir

Kalam hikmah Al-Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, “Kita adalah penulis bagi buku catatan amal perbuatan kita sendiri, maka pastikan itu baik dan layak dibaca pada saat kelak di hari kiamat” mengandung pesan mendalam tentang tanggung jawab manusia atas kehidupannya. Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa setiap individu diberi kebebasan untuk menentukan tindakannya, tetapi juga bertanggung jawab penuh atas konsekuensi dari pilihan tersebut, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam Islam, keyakinan tentang pencatatan amal oleh malaikat Raqib dan Atid menguatkan pesan bahwa hidup kita adalah perjalanan penuh makna yang harus dipertanggungjawabkan.

Pesan ini pertama-tama menegaskan kesadaran diri. Setiap hari, kita membuat keputusan, melakukan tindakan, dan mengucapkan kata-kata yang akan tercatat dalam "buku catatan amal" kita. Kalam hikmah ini mengajarkan bahwa hidup bukanlah tentang kebetulan atau sekadar mengalir tanpa arah, melainkan sebuah proses menulis sejarah diri kita sendiri. Setiap pilihan kecil yang kita buat, apakah untuk berbuat baik atau buruk, akan menjadi bagian dari narasi besar yang akan dipertontonkan di hadapan Allah pada hari kiamat. Maka, kesadaran diri sangat penting agar kita senantiasa memilih untuk menulis sesuatu yang bermanfaat dan berarti.

Kalam hikmah ini juga mengingatkan akan pentingnya keikhlasan dalam setiap perbuatan. Amal yang ditulis dalam buku catatan kita tidak hanya dinilai dari sisi lahiriah, tetapi juga dari niat dan keikhlasan di baliknya. Rasulullah Saw. bersabda, "إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ . . ." (Innamal-a’mālu bin-niyyāt/Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niatnya). Oleh karena itu, tulisan dalam buku amal kita tidak hanya mencerminkan apa yang kita lakukan, tetapi juga mengungkapkan siapa kita sebenarnya. Keikhlasan menjadikan setiap perbuatan memiliki bobot yang jauh lebih besar di sisi Allah.

Selain itu, kalam hikmah ini mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki tanggung jawab pribadi atas kehidupannya. Tidak ada yang bisa menulis untuk kita, dan tidak ada yang bisa menghapus tulisan kita kecuali Allah dengan rahmat-Nya. Pemahaman ini membangun semangat untuk senantiasa memperbaiki diri, mengakui kesalahan, dan bertobat ketika kita menyadari ada bagian dari catatan kita yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam Islam, pintu tobat selalu terbuka, memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbaiki "tulisan" kita sebelum akhir perjalanan.

Lebih jauh, kalam hikmah ini juga mengajarkan nilai kesadaran waktu. Waktu adalah modal utama dalam menulis buku kehidupan ini. Setiap detik yang berlalu membawa kita lebih dekat ke hari di mana buku itu akan dibuka. Dengan memahami bahwa waktu adalah aset yang tidak bisa kembali, kita didorong untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, mengisi hidup dengan amal yang bermanfaat, seperti beribadah, menolong sesama, dan menebarkan cinta serta kebaikan.

Kalam hikmah ini memberikan kita harapan dan optimisme. Betapapun buruknya masa lalu kita, selama kita masih diberi kesempatan hidup, kita masih bisa menulis halaman-halaman baru yang lebih baik. Hari kiamat bukanlah akhir yang menakutkan jika kita telah mempersiapkan diri dengan baik. Maka, dengan kesadaran penuh akan tanggung jawab ini, marilah kita menulis buku amal yang indah dan penuh makna, sehingga ketika hari itu tiba, kita tidak hanya bangga akan apa yang telah kita lakukan, tetapi juga mendapatkan ridha Allah Swt. yang menjadi tujuan akhir dari semua perjalanan ini.

2 komentar:

Jangan Tinggalkan Amal, Jangan Beramal untuk Manusia

Dalam perjalanan spiritual menuju Allah, seorang hamba akan sering diuji bukan hanya pada niatnya beramal, tetapi juga pada bagaimana ia m...