Kalam
hikmah Al-Habib Ali Bin Abdurrahman Al-Habsyi Kwitang, “Kita adalah penulis
bagi buku catatan amal perbuatan kita sendiri, maka pastikan itu baik dan layak
dibaca pada saat kelak di hari kiamat” mengandung pesan mendalam tentang
tanggung jawab manusia atas kehidupannya. Pernyataan ini mengingatkan kita
bahwa setiap individu diberi kebebasan untuk menentukan tindakannya, tetapi
juga bertanggung jawab penuh atas konsekuensi dari pilihan tersebut, baik di
dunia maupun di akhirat. Dalam Islam, keyakinan tentang pencatatan amal oleh
malaikat Raqib dan Atid menguatkan pesan bahwa hidup kita adalah perjalanan
penuh makna yang harus dipertanggungjawabkan.
Pesan
ini pertama-tama menegaskan kesadaran diri. Setiap hari, kita membuat
keputusan, melakukan tindakan, dan mengucapkan kata-kata yang akan tercatat
dalam "buku catatan amal" kita. Kalam hikmah ini mengajarkan bahwa
hidup bukanlah tentang kebetulan atau sekadar mengalir tanpa arah, melainkan
sebuah proses menulis sejarah diri kita sendiri. Setiap pilihan kecil yang kita
buat, apakah untuk berbuat baik atau buruk, akan menjadi bagian dari narasi
besar yang akan dipertontonkan di hadapan Allah pada hari kiamat. Maka, kesadaran
diri sangat penting agar kita senantiasa memilih untuk menulis sesuatu yang
bermanfaat dan berarti.
Kalam
hikmah ini juga mengingatkan akan pentingnya keikhlasan dalam setiap perbuatan.
Amal yang ditulis dalam buku catatan kita tidak hanya dinilai dari sisi
lahiriah, tetapi juga dari niat dan keikhlasan di baliknya. Rasulullah Saw.
bersabda, "إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ . . ." (Innamal-a’mālu bin-niyyāt/Sesungguhnya
amal perbuatan tergantung pada niatnya). Oleh karena itu, tulisan dalam buku
amal kita tidak hanya mencerminkan apa yang kita lakukan, tetapi juga
mengungkapkan siapa kita sebenarnya. Keikhlasan menjadikan setiap perbuatan
memiliki bobot yang jauh lebih besar di sisi Allah.
Selain
itu, kalam hikmah ini mengajarkan bahwa setiap manusia memiliki tanggung jawab
pribadi atas kehidupannya. Tidak ada yang bisa menulis untuk kita, dan tidak
ada yang bisa menghapus tulisan kita kecuali Allah dengan rahmat-Nya. Pemahaman
ini membangun semangat untuk senantiasa memperbaiki diri, mengakui kesalahan,
dan bertobat ketika kita menyadari ada bagian dari catatan kita yang tidak
sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam Islam, pintu tobat selalu terbuka, memberikan
kesempatan bagi kita untuk memperbaiki "tulisan" kita sebelum akhir
perjalanan.
Lebih jauh, kalam hikmah ini juga mengajarkan nilai kesadaran waktu. Waktu adalah modal utama dalam menulis buku kehidupan ini. Setiap detik yang berlalu membawa kita lebih dekat ke hari di mana buku itu akan dibuka. Dengan memahami bahwa waktu adalah aset yang tidak bisa kembali, kita didorong untuk memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, mengisi hidup dengan amal yang bermanfaat, seperti beribadah, menolong sesama, dan menebarkan cinta serta kebaikan.
Kalam hikmah ini memberikan kita harapan dan optimisme. Betapapun buruknya masa lalu kita, selama kita masih diberi kesempatan hidup, kita masih bisa menulis halaman-halaman baru yang lebih baik. Hari kiamat bukanlah akhir yang menakutkan jika kita telah mempersiapkan diri dengan baik. Maka, dengan kesadaran penuh akan tanggung jawab ini, marilah kita menulis buku amal yang indah dan penuh makna, sehingga ketika hari itu tiba, kita tidak hanya bangga akan apa yang telah kita lakukan, tetapi juga mendapatkan ridha Allah Swt. yang menjadi tujuan akhir dari semua perjalanan ini.
Alhamdulillah barokah manfaat
BalasHapusTerima kasih PesantrenCreativeIndonesia atas apresiasi dan doanya
BalasHapus