Persahabatan adalah salah satu nikmat
terbesar dalam hidup yang tak ternilai dengan harta. Dalam Islam dan banyak
tradisi kebijaksanaan, persahabatan dipandang sebagai hubungan yang suci, yang
memperkaya jiwa dan menyuburkan kasih sayang. Untuk menjaga dan mempererat tali
persahabatan, ada tiga hal sederhana namun bermakna yang dapat dilakukan:
bersegera menyapa saat bertemu, melapangkan jalan atau tempat duduk untuknya,
dan memanggil dengan panggilan yang baik. Ketiga hal ini tampak sepele, namun
memiliki kekuatan besar untuk membangun keakraban dan cinta yang tulus.
Pertama, bersegera menyapa saat
bertemu adalah bentuk keramahan dan perhatian yang menunjukkan bahwa kita
menghargai keberadaan sahabat. Dalam sebuah hadis, Rasulullah Saw. bersabda,
لَا
تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ
طَلْقٍ
"Janganlah kamu meremehkan kebaikan sekecil apa pun,
meskipun hanya sekadar bertemu saudaramu dengan wajah yang berseri-seri."
(HR. Muslim).
Salam dan sapaan yang hangat adalah cara untuk menyalakan
cahaya cinta dan menghancurkan dinding keasingan. Seseorang yang bergegas
menyapa lebih dahulu adalah orang yang mencintai dan ingin menciptakan
keakraban, bukan sekadar formalitas sosial.
Kedua, melapangkan jalan atau
tempat duduk bagi sahabat adalah simbol dari penghormatan dan kepedulian.
Rasulullah Saw. mengajarkan adab yang tinggi dalam pergaulan. Dalam Al-Qur'an
pun disebutkan,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ
فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْ . . .
"Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu: 'Berlapang-lapanglah dalam majlis', maka lapangkanlah, niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu . . ." (QS. Al-Mujadalah: 11).
Memberi ruang bagi orang lain, secara harfiah maupun
batiniah, mencerminkan hati yang luas. Tindakan ini membuat sahabat merasa
diterima dan dihargai, sehingga ikatan pun menjadi lebih erat dan hangat.
Ketiga, memanggil dengan panggilan
yang baik adalah cermin dari kasih sayang dan penghargaan. Nama atau
panggilan adalah identitas emosional seseorang. Rasulullah Saw. sangat
memperhatikan hal ini, bahkan beliau memanggil para sahabat dengan panggilan
yang penuh cinta, seperti “Ya Aba Hurairah” untuk Abu Hurairah, yang berarti
"Wahai ayah dari anak kucing kecil." Ini menunjukkan kelembutan hati
dan pendekatan yang personal. Seorang ahli hikmah berkata,
اُدْعُ
صَدِيْقَكَ بِالْاِسْمِ الَّذِي يُحِبُّهُ، فَإِنَّ ذٰلِكَ
يُنْمِي الْاِحْتِرَامَ فِي قَلْبِهِ
“Panggillah temanmu dengan nama yang ia cintai, karena itu
akan menumbuhkan rasa dihargai.” Panggilan yang baik adalah doa yang
menyentuh hati.
Ketiga hal ini bukan sekadar tindakan
sosial, tapi juga ibadah dan bentuk pengamalan akhlak mulia. Dalam masyarakat
yang serba cepat dan individualis, sering kali kita lupa bahwa hal-hal kecil
seperti menyapa, memberi ruang, dan memanggil dengan baik adalah fondasi kuat
dari persahabatan yang sehat. Persahabatan bukan hanya soal kehadiran fisik,
tapi tentang perhatian, kepedulian, dan penghormatan yang ditunjukkan dalam
tindakan-tindakan sederhana.
Oleh karena itu, mari jadikan ketiga
hal ini sebagai kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Bukan hanya kepada
sahabat, tapi kepada siapa pun yang kita temui. Karena persahabatan sejati
tumbuh dari akhlak yang lembut dan hati yang lapang. Seperti pepatah bijak
mengatakan,
لَا
تُبْنَى الصِّدَاقَةُ الصَّادِقَةُ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ، بَلْ تُبْنَى
بِالْخَيْرَاتِ الْمُسْتَمِرَّةِ وَإِنْ كَانَتْ صَغِيْرَةً
Tidak ada komentar:
Posting Komentar