Ungkapan
serius yang bisa dikategorikan humor sederhana "Berjalanlah jangan
berlari, karena hidup adalah perjalanan dan bukannya pelarian"
mengandung pesan yang mendalam tentang cara kita menjalani hidup. Dalam
kehidupan sehari-hari, banyak orang cenderung terburu-buru, mencoba mencapai
tujuan mereka secepat mungkin tanpa menikmati perjalanan itu sendiri. Kita
sering kali fokus pada hasil akhir, tetapi lupa bahwa proses menuju tujuan
tersebut adalah bagian yang tidak kalah pentingnya. Kehidupan ini bukanlah
sesuatu yang harus kita lari dari, melainkan sebuah perjalanan yang harus kita
nikmati, dengan segala lika-likunya.
Dalam
Islam, Rasulullah Saw. mengajarkan kita untuk tidak terburu-buru dalam segala
hal, termasuk dalam menjalani kehidupan. Beliau bersabda, "لِكُلِّ شَيْءٍ زَكَاةٌ
وَزَكَاةُ الْجَسَدِ الصَّوْمُ" (Likulli
shay'in zakātun wa zakātu al-jasadi as-shaumu) yang artinya, "Setiap
sesuatu memiliki zakat, dan zakat bagi tubuh adalah puasa." Hadis ini
mengingatkan kita bahwa kesabaran dan pengendalian diri adalah bagian dari
perjalanan hidup yang harus ditempuh dengan penuh kesadaran dan tanpa
tergesa-gesa. Berjalanlah dengan sabar, nikmati setiap langkah, dan berusaha
untuk terus berkembang dengan sabar tanpa melupakan esensi dari perjalanan itu
sendiri.
Filsuf
besar, Lao Tzu, pernah berkata, "A journey of a thousand miles begins with
a single step” (Perjalanan seribu mil dimulai dengan langkah pertama).
Kalimat ini mengingatkan kita bahwa hidup ini adalah rangkaian dari
langkah-langkah kecil. Jika kita terus berlari, kita mungkin melewatkan makna
dan pembelajaran yang terdapat dalam setiap langkah tersebut. Untuk bisa
menjalani kehidupan dengan penuh makna, kita harus mampu menghargai setiap
detik perjalanan itu dan tidak terburu-buru menuju tujuan tanpa memperhatikan
prosesnya.
Ketika
seseorang berlari dalam hidupnya, ia sering kali terjebak dalam kecemasan dan
tekanan untuk mencapai sesuatu dengan cepat. Padahal, dalam kehidupan yang
penuh ketidaksempurnaan ini, kita justru belajar dari kegagalan dan kesalahan.
Sebagaimana yang diungkapkan oleh Imam Ali bin Abi Talib ra., "الْعَقْلُ يَحْتَاجُ
إِلَى زَمَنٍ لِيَفْهَمَ، وَالْقَلْبُ يَحْتَاجُ إِلَى زَمَنٍ لِيُحِبَّ" (Al-‘aqlu yaḥtāju ilā zamānīn li-yafhama, wal-qalbu yaḥtāju
ilā zamānīn li-yuḥibba) yang artinya, "Akal membutuhkan waktu untuk
memahami, dan hati membutuhkan waktu untuk mencintai." Kita tidak bisa
terburu-buru dalam memahami kehidupan atau dalam menumbuhkan rasa cinta dan
empati terhadap sesama. Semuanya membutuhkan waktu dan ketenangan, sama seperti
kita perlu memberi waktu bagi diri kita untuk belajar dan berkembang.
Salah satu prinsip kehidupan yang sering disebutkan dalam banyak kebijaksanaan adalah pentingnya menikmati perjalanan, bukan hanya berfokus pada tujuan. Dalam konteks ini, kita bisa melihat filosofi Zen yang mengajarkan tentang hidup di masa kini. Seperti yang diungkapkan oleh seorang bijak Zen, "The journey is the destination" (Perjalanan adalah tujuan itu sendiri). Setiap detik perjalanan hidup kita adalah bagian dari tujuan yang lebih besar. Ketika kita berfokus pada perjalanan itu sendiri, kita menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sejati.
Sebagai penutup, penting untuk diingat bahwa hidup bukanlah sebuah pelarian dari kenyataan atau tantangan, melainkan perjalanan panjang yang penuh dengan pembelajaran dan pengalaman. Seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Saw. dalam sabdanya, "الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ" (Ad-dunyā sijnul-mu’mini wa jannatul-kāfiri) yang artinya, "Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir." Ungkapan ini mengingatkan kita bahwa dunia ini penuh dengan cobaan bagi orang beriman, tetapi justru melalui cobaan-cobaan ini, kita belajar untuk menghargai kehidupan dan menempuh perjalanan menuju kehidupan yang lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar