Ungkapan “Berani karena
benar, takut karena salah” merupakan pepatah yang sarat makna moral dan
filosofis. Pepatah ini mengajarkan bahwa keberanian sejati muncul dari
keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah benar, adil, dan sesuai dengan hati
nurani atau nilai-nilai moral. Sebaliknya, rasa takut timbul ketika seseorang
menyadari bahwa tindakannya salah atau bertentangan dengan nilai kebenaran.
Dengan demikian, keberanian bukan sekadar keberanian fisik, tetapi lebih pada
keberanian moral untuk berdiri tegak membela kebenaran, bahkan ketika menghadapi
tekanan atau risiko besar.
Dalam kehidupan sehari-hari,
pepatah ini menjadi kompas etika yang menuntun seseorang untuk bertindak
berdasarkan integritas. Seorang pelajar yang jujur dalam ujian akan tampil
percaya diri karena ia tahu bahwa hasilnya murni dari usahanya sendiri.
Sebaliknya, pelajar yang menyontek akan merasa gelisah, penuh kekhawatiran jika
ketahuan. Begitu pula seorang pemimpin yang mengambil keputusan berdasarkan
keadilan dan transparansi tidak akan gentar menghadapi kritik, karena ia tahu
tindakannya bisa dipertanggungjawabkan. Keberanian yang demikian lahir dari
ketulusan, bukan dari kepentingan pribadi atau ambisi semu.
Pepatah ini juga menunjukkan pentingnya introspeksi dan pertanggungjawaban pribadi. Jika seseorang merasa takut menghadapi konsekuensi dari suatu tindakan, mungkin itu tanda bahwa tindakan tersebut perlu ditinjau kembali. Rasa takut dalam konteks ini bukan untuk dihindari, tetapi dijadikan cermin untuk memperbaiki diri. Ia mengajarkan bahwa keberanian tidak bisa dipisahkan dari kesadaran etis. Orang yang benar tidak hanya berani karena didukung fakta atau hukum, tetapi karena ia memiliki hati nurani yang bersih dan komitmen terhadap kebaikan bersama.
Pepatah “Berani karena benar, takut karena salah” mengajarkan kita bahwa kebenaran memiliki kekuatan untuk mengusir rasa takut dan membangkitkan keteguhan hati. Dalam dunia yang penuh kompromi, orang yang menjunjung tinggi kebenaran adalah mereka yang mampu menjadi lentera dalam gelap. Keberanian bukan untuk menyombongkan diri, tetapi menjadi sikap batin yang teguh dan penuh tanggung jawab. Mari kita terus belajar untuk berani dalam kebenaran dan rendah hati untuk mengakui kesalahan, karena dari sanalah keutuhan pribadi dan kemajuan masyarakat bermula.