Lucius Annaeus Seneca, atau
lebih dikenal sebagai Seneca, adalah seorang filsuf Stoik, penulis, dan
negarawan dari Roma Kuno yang pemikirannya tetap relevan hingga masa kini.
Dalam berbagai tulisannya, Seneca banyak menyoroti tema tentang kebijaksanaan,
etika, dan hubungan antarmanusia, termasuk persahabatan. Salah satu ungkapannya
yang paling indah dan penuh makna berbunyi: “Salah satu kualitas terindah
dari persahabatan sejati adalah saling memahami dan dipahami” (One of
the beautiful qualities of true friendship is to understand and to be
understood). Ungkapan ini menggambarkan inti dari hubungan manusia yang
mendalam, bahwa persahabatan sejati tidak dibangun atas kepentingan, tetapi
atas empati, pengertian, dan ketulusan hati.
Dalam pandangan Stoikisme,
manusia tidak bisa hidup sepenuhnya sendiri. Kita memerlukan hubungan yang
bermakna untuk bertumbuh secara moral dan emosional. Bagi Seneca, “memahami dan
dipahami” bukan hanya soal komunikasi, tetapi juga bentuk tertinggi dari
kebijaksanaan emosional. Ketika seseorang benar-benar memahami temannya, ia
tidak hanya mendengar kata-kata, tetapi juga mengerti makna di baliknya, perasaan,
kekhawatiran, dan nilai yang mendasari tindakan. Sebaliknya, ketika seseorang
merasa dipahami, ia merasakan ketenangan dan penerimaan tanpa syarat. Hubungan
semacam ini menjadi fondasi kuat bagi persahabatan yang tahan waktu.
Stoikisme menekankan virtue
(kebajikan) sebagai bentuk tertinggi dari kebahagiaan. Dalam konteks
persahabatan, kebajikan ini diwujudkan melalui kejujuran, empati, dan
kesetiaan. Persahabatan sejati, menurut Seneca, bukanlah hubungan yang dibangun
atas dasar keuntungan pribadi atau kesenangan sesaat, tetapi hubungan moral
yang saling menumbuhkan. “Memahami dan dipahami” berarti mengakui bahwa setiap
manusia memiliki jalan berpikir, pengalaman, dan penderitaan masing-masing.
Dengan menerima itu tanpa menghakimi, seseorang menjalankan prinsip Stoik
tentang ketenangan batin, yakni kedamaian yang lahir dari penerimaan terhadap
diri dan orang lain.
Ungkapan Seneca tetap sangat relevan di era modern yang serba cepat dan individualistis. Dalam dunia yang didominasi oleh komunikasi digital dan interaksi dangkal, makna sejati dari “memahami dan dipahami” sering kali hilang. Banyak orang memiliki banyak “teman” secara sosial, tetapi sedikit yang benar-benar bisa saling memahami secara mendalam. Seneca mengingatkan kita bahwa persahabatan sejati bukan diukur dari intensitas pertemuan atau lamanya waktu, melainkan dari kedalaman hubungan dan kejujuran dalam komunikasi. Dalam memahami teman, kita juga belajar memahami diri sendiri.
Ungkapan Seneca mengajarkan bahwa inti dari persahabatan sejati adalah empati dua arah, kemampuan untuk mendengarkan, menerima, dan berbagi tanpa pamrih. Persahabatan yang sejati bukan sekadar hadir di saat senang, tetapi juga memahami tanpa perlu banyak kata, dan tetap setia di saat sulit. Dalam makna yang lebih luas, pesan Seneca mengajak kita untuk membangun hubungan manusiawi yang tulus dan bermakna, di mana pengertian menjadi bahasa hati yang paling indah. Dengan saling memahami dan dipahami, kita tidak hanya menemukan teman sejati, tetapi juga menemukan kedamaian dalam diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar