Bulan Rajab merupakan salah
satu dari empat bulan aram (mulia) dalam Islam selain Dzulqa’dah, Dzulhijjah,
dan Muharram. Masuknya bulan Rajab menjadi momentum penting bagi umat Islam
untuk mulai mempersiapkan diri secara ruhani menuju bulan Ramadhan. Para ulama
dan orang-orang saleh sejak dahulu menjadikan Rajab sebagai bulan pembuka untuk
memperbanyak ibadah, membersihkan hati, serta menata niat agar ibadah di
bulan-bulan berikutnya dapat dijalani dengan lebih maksimal dan penuh kesadaran
spiritual.
Salah satu amaliyah yang sangat
dianjurkan ketika memasuki bulan Rajab adalah membaca doa: اللهم بَارِكْ لَنَا
فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ yang
artinya, “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta
sampaikanlah kami hingga bulan Ramadhan.” Doa ini mencerminkan harapan
seorang Mukmin agar diberi keberkahan umur, kesehatan, dan kesempatan untuk
berjumpa dengan Ramadhan. Meskipun hadis tentang doa ini diperselisihkan
derajat kesahihannya, para ulama membolehkannya sebagai doa kebaikan dan harapan
yang baik (rajā’).
Amaliyah berikutnya adalah puasa
sunnah di bulan Rajab. Tidak ada puasa khusus dengan hari tertentu yang
diwajibkan di bulan Rajab, namun berpuasa sunnah secara umum sangat dianjurkan,
sebagaimana puasa sunnah di hari Senin dan Kamis atau puasa ayyamul bidh
(tanggal 13, 14, dan 15). Puasa di bulan Rajab menjadi sarana melatih
kesabaran, menundukkan hawa nafsu, serta membiasakan diri dengan ibadah puasa
sebelum memasuki Ramadhan.
Selain puasa, umat Islam
dianjurkan untuk memperbanyak istighfar dan zikir di bulan Rajab. Istighfar
berfungsi membersihkan dosa dan kesalahan yang telah lalu, sedangkan zikir
menghidupkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Membaca tasbih,
tahmid, tahlil, dan shalawat secara rutin di bulan ini akan menumbuhkan
ketenangan jiwa serta memperkuat hubungan spiritual dengan Allah sebagai bekal
menuju bulan penuh ampunan.
Amaliyah lain yang juga sering dilakukan oleh sebagian kaum Muslimin adalah membaca surat Yasin, baik secara pribadi maupun berjamaah, serta melakukan zikir termasuk membaca 35 kali saat khatib di atas mimbar pada hari Jum’at terakhir bulan Rajab أَحْمَدُ رَسُوْلُ اللهِ، مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ. Praktik ini termasuk bentuk memperbanyak amal kebaikan dan doa, meskipun tidak ada dalil khusus yang secara tegas mewajibkannya. Selama diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan tidak diyakini sebagai ibadah wajib, amalan-amalan tersebut termasuk dalam kategori amal kebajikan yang dibolehkan.
Sebagai penutup, bulan Rajab juga merupakan waktu yang tepat untuk memperbanyak shalat sunnah, seperti shalat tahajud, shalat dhuha, dan shalat rawatib. Shalat sunnah membantu melembutkan hati, menumbuhkan kekhusyukan, serta memperbaiki kualitas shalat wajib. Dengan menghidupkan bulan Rajab melalui berbagai amaliyah tersebut, diharapkan seorang Muslim dapat memasuki bulan Sya’ban dan Ramadhan dengan hati yang lebih bersih, iman yang lebih kuat, dan kesiapan ibadah yang lebih matang.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar