Nasihat
bijak dari Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari (salah satu pendiri
Nahdlatul Ulama) dalam kitab “Al-Misku al-Faih” karya Nanal Ainal Fauz yang
berbunyi, "لَا دَاءَ
أَفْتَكُ وَلَا أَقْتَلُ لِأُمَّةٍ مِثْلَ دَاءِ التَّفَرُّقِ وَالِاخْتِلاَفِ" (Lā dāa aftaku wa-lā aqtalu
li-ummatin mitsla dāit-tafarruqi wal-ikhtilāfi/Tidak ada penyakit yang
lebih mematikan bagi umat seperti penyakit perpecahan dan pertikaian)
mengandung pesan yang sangat dalam dan relevan, terutama dalam konteks umat
Islam. Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari mengingatkan kita bahwa perpecahan
dalam umat adalah ancaman terbesar yang dapat menghancurkan keberadaan dan
kekuatan umat. Seperti halnya penyakit yang dapat merusak tubuh manusia,
perpecahan akan melemahkan umat, membuatnya mudah untuk diserang dan dihancurkan
oleh berbagai pihak.
Penyakit
perpecahan ini bisa hadir dalam berbagai bentuk, baik dalam aspek pemikiran,
ideologi, maupun politik. Ketika umat terpecah belah, setiap kelompok merasa
lebih penting atau benar daripada yang lain, ini menyebabkan hilangnya rasa
persatuan dan kebersamaan yang merupakan kekuatan utama umat Islam. Dalam
Islam, persatuan adalah kekuatan yang sangat dihargai, bahkan dalam banyak ayat
Al-Qur'an dan hadis, kita diajarkan untuk bersatu, meskipun kita memiliki
perbedaan. Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari mengingatkan bahwa
sejatinya, perbedaan itu bukanlah halangan untuk bersatu, melainkan kesempatan
untuk saling melengkapi dan memperkuat.
Perpecahan
yang dimaksud oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari juga berkaitan
dengan masalah internal dalam umat, yaitu perbedaan pendapat yang tidak
dikelola dengan baik. Tidak jarang, perbedaan pendapat justru menimbulkan
permusuhan antar sesama Muslim, dan ini sangat merugikan. Islam mengajarkan
bahwa meskipun kita berbeda pandangan, kita tetap harus menghormati dan menjaga
ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim). Persaudaraan ini adalah
jembatan untuk menjaga kekuatan umat, dan menjaga kesatuan di tengah perbedaan.
Selain
itu, perpecahan dan pertikaian juga dapat menghambat upaya umat untuk
berkembang dan berkontribusi secara positif dalam masyarakat. Ketika umat
terpecah, energi yang seharusnya digunakan untuk membangun dan berjuang demi
kemajuan justru terbuang sia-sia untuk saling menghancurkan. Dalam kondisi
seperti ini, umat Islam akan kehilangan arah dan tujuan bersama. Oleh karena
itu, sangat penting untuk selalu menjaga komunikasi yang baik, saling
menghargai, dan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan individu
atau kelompok.
Dalam perspektif Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari, nasihat ini juga mengajarkan kita untuk memahami bahwa perpecahan bukan hanya masalah politik atau sosial, tetapi juga masalah moral dan spiritual. Ketika umat terpecah, maka nilai-nilai luhur yang seharusnya menjadi dasar kehidupan umat, seperti saling tolong-menolong, kasih sayang, dan toleransi, akan tergeser. Oleh karena itu, menjaga persatuan umat juga berarti menjaga nilai-nilai spiritual yang menjadi landasan kehidupan umat Islam.
Akhirnya, nasihat ini juga mengajak kita untuk merenung tentang bagaimana kita bisa menjadi agen persatuan di tengah-tengah umat. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bisa menjadi teladan dengan memperlakukan sesama dengan kasih sayang dan penuh toleransi, bahkan dalam kondisi yang penuh dengan perbedaan. Ketika kita dapat mengatasi perbedaan dengan bijaksana dan penuh kebijaksanaan, maka kita akan bisa menghindari bahaya perpecahan yang bisa meruntuhkan kekuatan umat. Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari mengingatkan kita bahwa kekuatan umat Islam terletak pada persatuan, dan tidak ada yang lebih penting dari menjaga persatuan itu agar umat bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar