Kalam
hikmah Al-Habib Prof. Dr. KH. Said Agil Husin Al Munawar, MA, "Semakin
tinggi ilmu seseorang, maka dia akan bisa menerima perbedaan dan bersepakat di
dalam perbedaan, karena kebenaran yang hakiki hanya milik Allah Swt."
mengandung makna yang dalam tentang pentingnya ilmu dalam membentuk sikap
bijaksana dalam hidup. Ilmu tidak hanya mengajarkan kita pengetahuan, tetapi
juga memberi pemahaman yang lebih luas mengenai perbedaan. Semakin seseorang
menuntut ilmu, semakin ia menyadari bahwa perbedaan adalah bagian tak terpisahkan
dari kehidupan. Sebab, kebenaran yang mutlak hanya milik Allah Swt., dan
sebagai manusia, kita diharuskan untuk menerima perbedaan dengan lapang dada.
Ilmu
yang tinggi bukanlah sekadar pengetahuan dalam berbagai disiplin, tetapi juga
pemahaman yang mendalam mengenai hakikat hidup dan keberagaman. Dalam dunia
yang penuh dengan perbedaan, baik itu perbedaan pandangan, agama, suku, maupun
budaya, seseorang yang berilmu akan melihat perbedaan sebagai suatu
keniscayaan, bukan sebagai ancaman. Sebagaimana dalam hadis Nabi Muhammad Saw.
yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari,
الْمُؤْمِنُ
مِرْآةُ الْمُؤْمِنِ، وَالْمُؤْمِنُ أَخُو الْمُؤْمِنِ، يَكُفُّ عَلَيْهِ
ضَيْعَتَهُ وَيَحُوْطُهُ مِنْ وَرَائِهِ
"Seorang
mukmin itu adalah cermin bagi mukmin yang lain, mukmin adalah saudara mukmin
yang lain. Dia akan memberi solusi atas kesulitan saudaranya dan menjadi
pelindung di belakangnya." Ini menunjukkan bahwa sesama mukmin harus
saling menghormati dan menerima perbedaan untuk mencapai kedamaian dan
kesatuan.
Nabi
Muhammad Saw. juga mengajarkan kita untuk hidup dalam harmoni meskipun ada
perbedaan. Perbedaan pendapat bukanlah suatu masalah besar, melainkan suatu
bentuk rahmat yang dapat membawa kepada pemahaman yang lebih baik dan
kebijaksanaan. Oleh karena itu, seorang yang berilmu akan memahami bahwa setiap
perbedaan itu memiliki hikmah yang dapat dipetik, dan tidak ada satu pandangan
pun yang dapat mengklaim kebenaran mutlak selain milik Allah Swt.
Ilmu
yang tinggi juga melahirkan rasa tawadhu’ atau kerendahan hati dalam
menghadapi perbedaan. Orang yang berilmu tahu bahwa kebenaran sejati hanya
milik Allah, sehingga ia tidak merasa lebih benar dari orang lain. Sebaliknya,
ia akan bersikap terbuka terhadap perbedaan, mencari titik temu, dan bersepakat
di dalam perbedaan itu. Seperti ucapan Imam Ali bin Abi Thalib,
الْعِلْمُ
هُوَ الْمَالُ الْأَثْمَنُ، مَنْ مَلَكَهُ لَمْ يَفْقِدْهُ أَبَدًا
"Ilmu
adalah harta yang paling berharga. Barang siapa memilikinya, maka ia tidak akan
pernah merasa kehilangan." Ilmu membimbing kita untuk lebih sabar dan
bijaksana dalam menjalani perbedaan.
Kebenaran
yang hakiki memang hanya milik Allah, dan sebagai makhluk-Nya, kita dihadapkan
pada tantangan untuk memahami kebenaran dalam berbagai perspektif. Dalam
kehidupan sehari-hari, kita sering kali menemui orang dengan pendapat yang
berbeda, namun itu bukan alasan untuk merasa terancam atau membangun tembok
pemisah. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat ayat 13,
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ
مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا
ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ.
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.” Ayat ini mengajarkan kita untuk menghargai setiap individu, terlepas dari perbedaan, dan mengutamakan ketakwaan sebagai tolok ukur kemuliaan.
Kalam hikmah Al-Habib Prof. Dr. KH. Said Agil Husin Al Munawar, MA, mengingatkan kita bahwa ilmu yang tinggi tidak hanya membuka wawasan kita terhadap dunia, tetapi juga mengajarkan kita untuk bersikap arif dan bijaksana dalam menghadapi perbedaan. Sebagaimana Rasulullah Saw. yang menjadi contoh teladan dalam menerima perbedaan, kita juga harus meneladani sikap beliau dalam menjaga ukhuwah Islamiyah dan membangun kesatuan di tengah keberagaman. Dengan ilmu, kita belajar untuk menerima, menghormati, dan bekerja bersama meski dalam perbedaan, demi terwujudnya kebaikan yang lebih besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar