Kamis, 02 Oktober 2025

Nikmat yang Terlupakan: Bersyukur atas Karunia Allah

Rasa syukur adalah kunci ketenangan hati dan sumber kekuatan jiwa. Dalam setiap hela nafas dan langkah kehidupan, Allah telah melimpahkan begitu banyak nikmat yang kadang luput dari perhatian kita. Ungkapan “Bersyukurlah kepada Allah atas nikmat agama, akal, kesehatan, penutup (aib), pendengaran, penglihatan, rezeki, keluarga, serta nikmat-nikmat lainnya. Sebab, tidaklah kita tahu bahwa di antara manusia itu ada yang hilang akalnya, terampas kesehatannya, dipenjarakan, dilumpuhkan, atau ditimpakan bencana” menjadi pengingat mendalam bahwa apa yang kita miliki hari ini bukanlah sesuatu yang bisa disepelekan, melainkan karunia yang harus dijaga dengan penuh kesadaran.

Nikmat yang paling agung adalah nikmat agama dan akal, sebab dengannya manusia mampu mengenal Allah, membedakan baik dan buruk, serta meniti jalan hidup dengan petunjuk. Tanpa keduanya, manusia akan kehilangan arah dan mudah terjerumus dalam kesesatan. Bersyukur atas nikmat agama berarti berusaha mengamalkan ajaran yang benar, sementara bersyukur atas nikmat akal berarti menggunakannya untuk kebaikan, bukan untuk keburukan.

Selain itu, kesehatan, pendengaran, dan penglihatan adalah nikmat yang sering kali baru terasa berharganya ketika hilang. Berapa banyak orang yang terbaring sakit, kehilangan penglihatan, atau tidak mampu mendengar dengan sempurna. Sementara kita yang masih diberi kesempurnaan pancaindra, kadang lupa mensyukurinya. Padahal, dengan kesehatan dan pancaindra yang baik, kita dapat beribadah, bekerja, belajar, dan berinteraksi dengan dunia sekitar.

Tidak kalah penting adalah nikmat penutup aib dan rezeki yang Allah berikan. Banyak kekurangan dan kelemahan diri kita yang ditutupi oleh Allah sehingga orang lain tidak mengetahuinya. Begitu pula dengan rezeki yang, meskipun kecil, tetap cukup untuk menopang kehidupan sehari-hari. Keluarga yang hadir di sisi kita juga adalah anugerah besar, tempat kita berbagi kasih sayang dan dukungan. Semua ini seharusnya membuat kita lebih rendah hati dan tidak mudah mengeluh.

Dengan menyadari bahwa ada banyak orang lain yang diuji dengan hilangnya nikmat tersebut, ada yang kehilangan akal, ada yang sakit parah, ada yang terpenjara atau lumpuh, maka seharusnya hati kita semakin lembut dalam bersyukur. Syukur bukan hanya diucapkan dengan lisan, melainkan diwujudkan dalam amal kebaikan, ibadah yang tulus, serta sikap sabar menghadapi ujian. Bersyukur menjadikan hidup lebih bermakna, hati lebih tenang, dan membuka pintu tambahan nikmat dari Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Nikmat yang Terlupakan: Bersyukur atas Karunia Allah

Rasa syukur adalah kunci ketenangan hati dan sumber kekuatan jiwa. Dalam setiap hela nafas dan langkah kehidupan, Allah telah melimpahkan ...